Kutikata

Jang Dengar!

KUTIKATA

Oleh: Eltom (Pemerhati Sosial)

Kunci dari “hidop bae” adalah “dengar-dengarang” dan “ingatang” semua nasehat atau “pengajarang kahidopang“. Sebab “orangtotua tu orangtotua sa” (=orang tua tetaplah orang tua), “dong su makang asang garang dunya” (=mereka sudah makan asam garamnya dunia), “hidop deng pengalaman satambong” (=pengalaman hidupnya telah tinggi).

Dalam “dengar-dengaran” dan “ingatang” tersimpan ketaatan dan kesetiaan untuk “pegang kuat ajarang kahidopang” (=memegang teguh ajaran kehidupan). “Sapa turut dia untung, sapa malawang la haga-haga dia cilaka” (=siapa menurutinya, untung; siapa melawan dan mencoba-coba, kena celaka).

Mengapa musti “dengar-dengaran” dan “ingatang“? Tagal yang kasih “pengajarang” itu orang yang “hidop lurus“.

Tagal itu lalu ada orang sala-sala yang datang la turut printah iko dia pung hadrat, jang dengar” (=jadi jika ada orang yang datang dan memaksakan suatu hal mengikuti kehendak dirinya, jangan dengarkan dia).

Jang dengar” ini bukan anjuran untuk “Kapala batu la ero seng kuat” (=keras kepala sehingga sulit diarahkan/dibimbing), melainkan kewaspadaan supaya “jang maso dalang graf” (=jangan terperosok dalam jurang) sebab ajaran orang yang “tar patut jadi conto” (=tidak patut diteladani) “bisa biking binasa” (=bisa membinasakan). Jadi “jang dengar dia” dalam arti “jang turut dia pung prenta” (=jangan menuruti perintahnya).

Jang dengar” juga anjuran kewaspadaan supaya “jang iko penghasutan” (=jangan ikuti hasutan) sebab “penghasutan” itu berasal dari “hati busok par sudara” (=kebusukan hati kepada saudara). “Hidop deng hati busok tu biking ancor mama pung kaeng kabaya” (=kelakuan busuk itu memutuskan tali kain mama); ungkapan ini mengacu dari pentingnya “hormat par mama pung kandungan deng aer susu” (=kandungan dan air susu mama) yang “su piara katong ade kaka orang sudara” (=sudah memelihara kita sebagai adik-kakak atau saudara sekandung).

Jang dengar” merupakan nasehat supaya persekutuan kita tidak mudah dihancurkan. Semua bentuk persekutuan hidup itu mulia bagi kesatuan. “Orang kalu seng suka lia katong dua hidop bae, dong bisa bisi-bisi sasabarang supaya katong jato bodoh la laeng binci laeng” (=bila ada orang yang tidak suka kebersamaan kita berdua, mereka bisa membisikkan hal yang tidak benar agar kita saling membenci). “Jang herang, tagal ada orang yang tar suka lia katong dua sama-sama” (=jangan heran, ada orang yang tidak suka melihat kita baik-baikan beeaama) “tagal kalu katong dua hidop akor, dong tar bisa haru-biru katong pung perusah” (=karena bila kita berdua akur, mereka tidak bisa merusakkan apa yang kita upayakan/kerjakan; perusah itu istilah yang menerangkan lahan kerja yang diupayakan sejak awal sampai sukses, biasa diistilahkan “mulai dari bongkar ewang sampe jadi paskali“).

Orang yang tidak suka akan hal itu “dong usaha par kas ancor” (=mereka berupaya menghancurkannya), “tagal itu, jang dengar dong!” (=karena itu jangan mendengar/menuruti mereka) “Tagal kalu katong ancor, dong tamba kas ancor, la pas katong dua susa, dong angka ekor panta kas tinggal katong, la mau manyasal lai aer su maso idong, kabangkalang slak par slak” (=karena jika kita hancur, mereka terus menghancurkan kita, dan ketika kita susah, mereka pergi meninggalkan kita, dan sudah terlambat untuk disesali). Mereka itu “cari katong pas katong su jadi” (=mencari kita ketika sedang berhasil).

Bagitu lai jang dengar orang yang suka kasih manyabong” (=jangan menuruti orang yang suka menyambung) karena ketika “katong dua bakupukul” (=kita berkelahi) “dong tar jadi aer mar kumpul wango-wango kas panas lai” (=mereka tidak menjadi air melainkan api yang terus membakar), “apalai kalu dong sorong kayo nani yang mawali” (=bila mereka memasukkan ke dalam tungku api, kayu keras) “itu akang manyala lama deng bara seng mati” (=nyalanya lama dan baranya tidak mati; ini ilustrasi yang menerangkan dendam tidak selesai, kapan pun ditiup tetap menyala). Jadi “jang dengar dong!”

Jadi, kalu mau “hidop bae, bale dengar-dengarang deng ingatang orangtotua pung pengajarang”.

Selasa, 4 Mei 2021
Pastori Jemaat GPM Tual, Klasis Kei Kecil dan Kota Tual

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button