Kutikata

Mama Pung Piara

KUTIKATA

Oleh: Eltom (Pemerhati Sosial)


Tagal mama pung piara, katong ade kaka su hidop” (=karena pemeliharaan mama, kita adik-kakak sudah hidup). Konsep “mama pung piara” melukiskan dua hal yang kodrati padanya, yaitu pertama, kandungan mama, karena kita ada sejak “mama su deng badang” (=hamil, mengandung) sampai “jadi deng sagala bae” (=dilahirkan dan selamat).

Yang kedua adalah “mama pung aer susu” (=air susu mama/ibu) yang jadi satu-satunya sumber makanan “ana merah-merah” (=bayi). Bahwa dalam masa “mulai deng badang sampe jadi” (=masa mengandung sampai persalinan) mama berusaha untuk menjaminkan hidup anaknya.

Usahanya sederhana yaitu “makang matel pohong deng katok santang” (=sayur matel dan daun katuk). Tetapi tujuannya mulia yakni “par tamba aer susu” (=merangsang produksi air susu). Tujuan itu adalah untuk menjamin hidup “ana merah-merah” yang kelak akan lahir. Jadi sebelum kita “jadi” (=lahir) mama telah berjuang agar “katong hidop” dan “hidop dari aer susu mama“.

Saat kita lahir, “mama biang yang ambel” (=bidan kampung yang membantu persalinan) biasanya, sambil menggendong “ana merah-merah” itu lalu bilang untuk mama: “mari kasi susu ana ni” (=mari beri ASI untuk anakmu ini). Namun, itu biasa dikatakan setelah “mama biang” memproklamasikan jenis kelamin anak itu, “aru-aru” (=anak laki-laki) atau “sempe” (=anak perempuan).

Setiap menyusui, dan setelah anak “abis isap susu” (=menyusu), mama sering pula berucap: “ungku turung e kaki tangang ampa, lalu mama pung ana mau basar tandang tana” (=makanan turun ke kaki dan tangan, biar anakku besar dan menendang/injak tanah). Ungkapan ini sebenarnya doa sederhana dalam harapan agar anak itu kelak bertambah besar dan segera berjalan dengan kakinya sendiri (=gambaran kemandirian).

Siapa pun, yang dalam hari-hari bersama anak itu, ketika “ana merah-merah” itu menangis, selalu memanggil mamanya: “mari kas’ susu ana ni do“, bila itu kakaknya, “mama, ade manangis, mau susu kapa” (=mari beri ASI kepada anak). Panggilan itu wujud kepedulian dan kasih papa atau kakak karena tangisan bayi/ade adalah pesan bahwa ia mau “susu”. Ia mau bersandar pada dada mamanya, mau makan dari “mama pung satu tetes aer susu.”

Mama pung piara” sesungguhnya menunjuk pada konsep umum pemeliharaan orangtua. Mengapa mama? Karena “konsep piara” lahir dari fungsi “jaga dari pagi sampe malang deng kasi makang” (=menjaga dari pagi sampai malam dan memberi makan). Setelah melahirkan, “kalu balong ampa pul’ hari, balong par paduli” (=sebelum berakhir masa nifas) maka setiap hari mama dekat dengan “ana merah-merah“-nya. Jadi “mama pung piara” itu konsep yang lahir dari konteks “kasi susu”, yang kini harus 6 bulan. Bukan konsep seakan-akan papa tidak melakukan fungsi apa pun untuk anaknya, atau papa membebankan tugas itu kepada istrinya, mama kita. Jadi “inga mama pung piara” itu adalah “inga hari-hari mama kasi susu“, yang karena itu “biking katong su basar, hidop deng puluh taong, sampe su jadi orang/su dapa hidopl/su deng rumahtangga” (=membuat kita bertumbuh besar, hidop puluhan tahun, sampai sudah bekerja, sudah berumahtangga).

Mama piara deng kasiang-kasiang” (=mama piara dengan kesungguhannya/ketulusannya). “Kasiang” di sini bukan menunjuk pada kondisi miskin, tanpa makanan, melainkan ketulusan hati, usaha sungguh-sungguh. Karena itu “meja makang kasiang” adalah simbol dari kesungguhan dan ketulusan memberi dan berbagi demi hidup seisi rumah dan saudara. Konsep “mama piara deng kasiang-kasiang” menjadi sumber motivasi supaya “eso lusa dong ade kaka musti laeng lia laeng” (=kelak adik kakak mesti saling memperhatikan).

Karena itu, “biar se mau bilang apa lai, busu-busu mama tu mama sa” (=apa pun yang anda katakan, mama adalah tetap mama). Ungkapan ini lahir dari cinta yang luhur pada mama, karena “mama pung piara“. Sama dengan ungkapan lain, “biar deng kaeng kabaya busu e, mama tetap beta pung mama sa” (=walau berkain kebaya, mama tetap mamaku).

Inga mama pung piara, inga aer susu yang su biking basar, inga hidop ade Kaka yang musti biking akang manis-manis.

Mama e
Beta pung mama e

Salamat Hari Perempuan GPM

Rabu, 5 Mei 2021
Pastori Jemaat GPM Tual, Klasis Kei Kecil dan Kota Tual

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button