Kutikata

Ajar Anana, Kas’ Inga Dong

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)


Anana tuh musti ajar dong babae” (=anak-anak harus diajari dengan sungguh-sungguh). “Masih upeng-upeng nih lai su musti tanang deng pengajarang yang batul” (=sejak masih kanak-kanak sudah harus ditanamkan pengajaran yang benar), “supaya eso lusa dong su tau musti bagumana deng biking sagala hal yang bae” (=agar kelak mereka sudah tahu bagaimana harus bersikap dan melakukan segala hal yang baik). “Ale talat, ero su susah” (=anda terlambat, akan sulit mengaturnya), “macang bulu toh, kalu su tua, ero stengah mati, su mawali” (=seperti bambu, jika sudah tua sulit dibentuk, sudah kaku).

Tanang pengajarang hidop tuh yang utama” (=tanamkan pengajaran kehidupan itu yang utama). “Musti kas’ inga dong” (=mereka harus diingatkan):

Satu: “hidop nih musti rasa-rasa orang lai” (=hidup ini harus toleran dengan orang lain). “Jang biking apapa tuh par sanang diri sandiri” (=jangan hanya untuk kesenangan diri sendiri), karena “orang laeng jua pung bageang ada” (=orang lain pun memiliki bagian/haknya).

Dua: “blajar hidop susah lai” (=belajarlah juga dari kesusahan-kesusahan hidup), karena “mau sanang tuh seng cuma dudu” (=karena jika mau senang jangan hanya duduk-duduk). “Orang tatua ada karja sampe baju suwet karing di badang, jang karja basar cuma loleng ka sana ka mari parsis ayang tar dapa rorok” (=orang tua bekerja sampai pakaian yang basah keringat kering di badan, jangan anda hanya berjalan ke sana ke mari seperti ayam yang tidak menemukan tempat bertelur).

Tiga: “Ingatang! Hidop nih cuma tagal Tuhan pung sayang” (=ingatlah! Hidup ini hanya karena anugerah/rahmat dari Allah/Tuhan). “Kalu Antua seng sayang, se ampas” (=jika Tuhan tidak menyayangi/bermurah hati, anda habis). Jadi “biking apapa tuh inga-inga diri, jang labe dari kaharosang” (=melakukan sesuatu itu harus ingat, jangan melebihi apa yang seharusnya/melanggar norma).

Ampa: “dalang dunya nih su ada atorang, jang tar tau atorang” (=dalam dunia ini sudah ada aturan, jangan hidup tidak tertib). “Kalu atorang yang manusia biking sa se su coba langgar, nanti yang Antua pung lai se tar nodek deng akang” (=jika aturan yang dibuat manusia saja anda sudah coba melanggarnya, nanti yang dari Tuhan pun tidak anda perhatikan). “Jang coba-coba anana e” (=jangan coba-coba melakukannya anak-anakku). “Se labe, Antua goyang kapala di atas” (=anda melanggarnya, Tuhan geleng kepala di atas), “se tar tobat, susah sandiri” (=anda tidak bertobat, susah).

Lima: “bajalang lurus” (=berjalan lurus) “jang babengko” (=jangan melawan arah). “Eso lusa kalu su jadi orang, su tau musti biking apa” (=kelak jika sudah berhasil, anda sudah tahu apa yang harus dilakukan). “Jaga mulu, jang bicara takaruang” (=jaga mulut, jangan bicara yang tidak baik), “jaga mata, jang baringing orang barang” (=jaga mata, agar jangan mengingini milik orang), “jaga tangang, jang baloko” (=jaga tangan, jangan mengambil milik orang/mencuri), “jaga hati, jang apapa sadiki la bahati deng orang sudara” (=jaga hati, jangan hanya karena hal kecil lalu membenci saudara).

Rabu, 28 Juli 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button