Oleh: Eltom (Pemerhati sosial)
Ini bukan “asal stori” (=asal bicara), “jua bukang cigulu-cigulu” (=bukan juga teka-teki) atau “carita batu badaong” (=mitos). Bila anda biasa jalan kaki dari suatu tempat ke tempat lain, seperti dahulu kami alami dari negeri ke kota atau sebaliknya (=hotu dari negri ka kota), di sepanjang jalan bila mendengar “huele” (=semacam kode) kita akan perlambat langkah menunggu orang yang “huele“.
Setelah dia tiba maka perjalanan itu dilanjutkan dan “stori macam-macam” (=bicarakan banyak hal) yang mengandung kebenaran, misalnya termasuk siapa pemilik sah dusun-dusun yang sedang kita lewati ini.
“Stori-stori sepanjang jalan” (=pembicaraan sepanjang perjalanan) membuat “lala lari pi par setang” (=rasa lelah hilang), “biar deng hahalang di bahu ka bakeku lai” (=walau ada beban di bahu atau kepala).
Apalagi kebenaran yang terkandung dalam pembicaraan itu, bisa membuat kita berdiri dan berusaha menelisik kebenarannya. Adakalanya jika sesuatu informasi itu baru didengar, walau ada “deng pikolang” (=memikul beban), kita bisa berdiri sambil bertanya: “apa kong te?” (=ah masa?/OMG?) atau “ale seng stori sasabarang to?” (=anda tidak berbohong kan?). Dan pada kasus seperti ini, kita akan tiba pada keyakinan bersama dan sama-sama dapat memaklumi keadaannya.
Menariknya jika “ada stori spanen” (=keasikan bicara) datang seseorang yang muncul tiba-tiba, “seng huele lai” (=tidak memberi kode). Biasanya dia bertanya: “stori apa skali dari tadi tu?” (=bicara apa sedari tadi?) walau dengan “napas satu dua” (=tersengal). Itu berarti “tutur ulang” (=semua pembicaraan tadi diulangi), sambil “batamba sasadiki” (=menambahi hal tertentu).
Orang yang baru tiba ini sering dijadikan sebagai sumber kebenaran baru, dan bila dia lebih mengetahui hal-hal yang sedang dibicarakan maka kebenaran awal tadi berubah menjadi kebenaran final.
Bila ada “tasala kata” (=kekeliruan-kekeliruan awal) maka ia dapat meluruskan kekeliruan itu dan kebenaran yang pasti menjadi pegangan bersama. “O, mangarti, mangarti” (=paham, paham). Dan tanpa sadar telah tiba di tujuan. Di situ, “laeng tulung laeng kas turung hahalang” (=saling membantu menurunkan/meletakkan beban yang dipikul). “Sadap lai e, stori sampe tar rasa lala“!
“Ada ujang deng anging bakat nih, banjir koliling, aer masing lai nai sape di pinggir-pinggir negri. Jang lupa sumbayang angka hati par basudara di NTT” (=doakan saudara kita di NTT yang sedang mengalami musibah).
Selasa, 6 April 2021
Pastori Jemaat GPM Bethania, Dana Kopra
Eltom
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi