Wattimena Ungkap Jumlah Kasus TBC di Ambon Meningkat
potretmaluku.id – Penjabat (Pj) Wali Kota Ambon, Bodewin M. Wattimena mengatakan, penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman kesehatan yang serius bagi masyarakat di Kota Ambon.
Betapa tidak, jumlah kasus TBC di Ambon dari tahun ke tahun terus meningkat, khususnya di tiga tahun terakhir. Pada tahun 2020, kasus baru TBC sebanyak 316 penderita. Tahun 2021, jumlah penderita TBC mencapai 961. Sedangkan di Tahun 2022 itu mencapai 1296 penderita.
“Jumlah kematian karena TBC pada 2020 sebanyak 32. Tahun 2021 sebanyak 23 kematian dan Tahun 2022 sebanyak 23 orang yang meninggal dunia,” ungkap Wattimena disela-sela pencanangan Desa Batu Merah sebagai Desa Peduli TBC-Stunting, Rabu (10/5/2023).
Dia mengaku sangat menyambut baik pencanangan Batu Merah sebagai Desa Peduli TBC- Stunting oleh Pemerintah Provinsi Maluku, sebagaimana yang telah dilaksanakan di Desa Laha, Kecamatan Teluk Ambon beberapa waktu lalu.
Menurutnya, pencanangan Batu Merah sebagai desa peduli TBC- Stunting tentu bukan tanpa alasan. Sebab Batu Merah merupakan salah satu kawasan yang jumlah kasus TBC tertinggi di kota Ambon.
“Di Tahun 2021, jumlah kasus TBC di desa tersebut sebanyak 177. Sedangkan di Tahun 2022 meningkat menjadi 264 kasus. Sementara di Tahun 2023 yang tercatat hingga bulan Mei ini sudah 66 kasus,” beber Wattimena.
Menurutnya, meski mengindikasikan peningkatan kinerja dalam penemuan kasus baru agar segera diobati, namun juga menunjukan tingkat penularan TBC masih tinggi.
“Untuk itu, kita harus berupaya keras dan bekerja cerdas untuk menekan kesakitan dan kematian akibat TBC, agar Ambon bisa mencapai target eliminasi TBC di tahun 2030,” terangnya.
Sementara menyangkut penderita Stunting, lanjut dia, Kota Ambon merupakan salah satu daerah dengan jumlah kasusnya paling rendah di Maluku.
Namun demikian, upaya penurunan angka stunting melalui intervensi terus dilakukan, bukan saja oleh Pemprov Maluku dan Pemkot Ambon saja, tetapi juga melibatkan stakeholder lainnya agar dapat mencapai target nasional dibawah 14 persen tahun 2024.
Dan karena itu, pembentukan desa peduli TBC-Stunting diharapkan menjadi solusi dan motivasi untuk meningkatkan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah kesehatan.
“Karena pemerintah dan penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan, serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan dalam hal ini TBC dan Stunting secara mandiri,” tandasnya. (HAS)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi