Oleh: Ammar Hafid Sabban (Peserta Lomba Cipta Puisi HUT ke-77 Provinsi Maluku)
Kelak jika musim telah berganti
dan badai-badai lautan telah mati suri
orang-orang akan ke hutan lalu menari
diiringi gema meriah burung-burung Kakatua
yang bersembunyi di celah pohon Salawaku yang tua.
Dahulu menurut para tetua,
gema Kakatua adalah pintu yang membelah musim menjadi dua.
Musim yang terbelah di bawah kanopi cengkih dan pala,
yang menyambut sebagai ibu,
dan tumbuh mekar dijantung kami,
jantung darah daging Alifuru
Baca Juga: Kisah dari Madras
Kami adalah manusia-manusia
yang tak pernah mampu dipunahkan sejarah
sebab dan hanya sebab, Binaia adalah rumah kami
tempat anak-anak kami putus pusa
dan leluhur kami berbaring sebagai legenda yang tak pernah ditaklukkan Eropa
Dan kelak jika musim telah berganti
kamilah pula yang menjadi legenda
yang diantar anak cucu kami dengan irama Tifa dan Totobuang menuju tempat pembaringan terakhir,
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi