Peningkatan Kapasitas Guru di Maluku: Pelatihan Pendidikan Orang Basudara dan Pemulihan Psikologis Pascakonflik
potretmaluku.id – Pendidikan adalah fondasi utama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berdaya. Dalam konteks pascakonflik, seperti yang dialami oleh masyarakat di Maluku, peran guru menjadi semakin penting.
Yayasan Lingkar Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LAPPAN) bersama Research of Community Mental Health Initiative (RoCMHI), dengan dukungan Sasakawa Peace Foundation (SPF) dari Jepang, mengambil langkah nyata untuk meningkatkan kapasitas para guru di Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah.
Kegiatan ini dirancang untuk memperkuat modul pendidikan damai yang berbasis pada nilai-nilai “orang basudara.”
Pada tanggal 17 September 2024, sebuah program pelatihan dan pemulihan psikologis dimulai di Aula MTsN 1 Tulehu, Kecamatan Salahutu. Selama tiga hari berturut-turut, dari 17 hingga 19 September 2024, guru-guru dari berbagai SMP dan MTs di Kecamatan Salahutu ikut serta dalam kegiatan ini.
Dari total 28 peserta, 21 adalah guru perempuan dan 7 adalah guru laki-laki yang berasal dari sekolah-sekolah seperti MTs Al Anshor Liang, MTs Salman Al Farisi, SMP Negeri 21 Maluku Tengah, dan beberapa sekolah lainnya.
Kegiatan ini diawali dengan pemulihan psikologis pada hari pertama, yang bertujuan untuk memberikan ruang bagi para guru agar bisa merefleksikan kondisi emosional dan mental mereka.
Dalam konteks pascakonflik, pemulihan psikologis sangat diperlukan untuk membantu para pendidik menghadapi tantangan yang ada, terutama dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung.
Inti dari kegiatan ini adalah pelatihan pengembangan modul pendidikan orang basudara yang dilaksanakan pada hari kedua dan ketiga.
Setelah sesi pemulihan psikologis, para peserta melanjutkan pelatihan dengan fokus pada penguatan kapasitas dan pembuatan rencana tindak lanjut yang melibatkan pengembangan modul berbasis nilai-nilai damai dan inklusivitas.
“Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari sosialisasi yang telah dilaksanakan sebelumnya pada bulan Agustus. Pada kesempatan tersebut, seluruh perwakilan sekolah berkomitmen untuk ikut serta dalam kegiatan lanjutan ini,” ujar Ketua Yayasan LAPPAN, Baihajar Tualeka.
Tidak hanya itu, lanjut dia, penyelenggara juga melakukan diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion) dengan para siswa dari setiap sekolah untuk mendapatkan pandangan terkait kondisi mereka dalam empat aspek utama, yaitu pengembangan diri, hubungan antarkomunitas, peran gender, dan antikekerasan.
“Melalui pendekatan yang kolaboratif ini, para guru diajak untuk tidak hanya memfokuskan pendidikan pada aspek kognitif, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai yang mendukung keberlanjutan harmoni sosial,” terangnya.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi