
“Kamu masih ingat aku?” tanyaku, setengah tak percaya.
“Bagaimana mungkin aku lupa? Kamu sahabat kecilku. Eh, tunggu, boleh aku duduk di sini?”
Aku mengangguk cepat. Dani lalu memesan seporsi mie kuah yang sama denganku. Sambil menunggu pesanannya, kami mulai bernostalgia tentang masa kecil kami di kampung halaman.
“Dulu kamu suka sekali gangguin aku. Kamu ingat saat kita lomba lari di lapangan dan aku jatuh?” tanyanya sambil tertawa.
Aku ikut tertawa. “Tentu saja! Kamu marah besar waktu itu, sampai-sampai aku harus membelikan permen untuk minta maaf.”
Percakapan mengalir tanpa terasa. Dani bercerita bahwa ia sekarang bekerja di luar kota, dan kebetulan sedang berada di Jakarta untuk urusan pekerjaan.
Ketika pesanannya datang, ia mencicipi mie kuah itu dan memuji rasanya. “Ini enak sekali! Aku heran kenapa baru tahu kedai ini sekarang,” ujarnya sambil melirikku.
“Aku juga baru pertama kali ke sini. Tadi terjebak hujan, jadi iseng mampir,” jawabku.
Kami terus berbincang hingga hujan mulai mereda. Dani tiba-tiba terdiam sejenak, lalu menatapku dengan tatapan yang sulit kugambarkan.
“Dina, aku ingin jujur sesuatu yang sudah lama kupendam,” katanya pelan.
Aku terkejut, tetapi mencoba tetap tenang. “Apa itu?”
“Dulu, waktu kita kecil, aku sebenarnya menyukaimu. Tapi aku tidak pernah punya keberanian untuk bilang. Dan sekarang, setelah bertahun-tahun, aku merasa ini kesempatan yang tidak boleh kusia-siakan,” ucapnya serius.
Aku terdiam, mencoba mencerna kata-katanya. Dalam hatiku, perasaan yang pernah kusimpan rapat-rapat itu seakan muncul kembali.
“Dani, aku… aku juga sebenarnya pernah menyukaimu. Tapi aku pikir itu hanya perasaan masa kecil, jadi aku tidak pernah mengungkapkannya,” jawabku jujur.
Mata Dani berbinar mendengar jawabanku. “Jadi, ini bukan kebetulan. Mungkin ini cara semesta mempertemukan kita lagi.”
Kami sama-sama tersenyum. Hujan akhirnya berhenti, tetapi pertemuan ini justru membuka babak baru dalam cerita hidup kami.
Dani mengantarku pulang menggunakan mobilnya, dan sepanjang perjalanan kami terus berbincang, mengisi kekosongan waktu yang hilang selama puluhan tahun.
Sejak hari itu, kami mulai sering bertemu, mencoba mengejar semua hal yang pernah tertunda. Kedai mie itu menjadi saksi awal kisah cinta yang lama terpendam, yang akhirnya menemukan jalannya kembali.(*)
IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi