Kutikata

Janji Tuh Biking

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)


Jang cuma stori, kalu jago tuh biking” (=jangan hanya berbicara, bagusnya dibuktikan). Sebab selain menunjukkan kejujuran, kesungguhan tetapi juga kesetiaan. Karena “kalu bicara la taru, anana alus-alus yang inja tai ayang balong pica jua bisa” (=bila hanya berbicara, anak kecil tak berpengalaman pun bisa).

Pada sisi lain tentang pelajaran kesetiaan ungkapan “janji tuh biking” menerangkan pentingnya “bajanji” (=berjanji) sebagai ikatan di antara “dua bala pihak” (=dua belah pihak). Jadi “sapa yang janji mo dia biking” (=siapa yang berjanji harus dapat mewujudkannya).

Karena tanpa itu “ilang parcaya. 50 bla stengah lai su tar parcaya se lai” (=hilang rasa percaya. Koin 50 rupiah dibelah dua pun rasa percaya itu tidak ada lagi). Ungkapan lainnya “orang tar parcaya sa-sen lai” (=satu sen pun orang sudah tidak percaya, artinya sampai pada hal yang paling kecil pun tidak bisa dipercayai). Istilah untuk semua itu ialah “harga jatu jao” (=harga/nilai tukarnya jatuh jauh; artinya rasa percaya menurun sampai ke dasar terendah).

Mar kalu janji la biking” (=tetapi jika berjanji dan melakukannya), nilai percayanya melambung. Ungkapannya “jang sampe bilang, lia muka sa katong su tau” (=jangan sampai berkata apa pun, kami memandang wajah saja sudah kami tahu maksudnya). Tingginya tingkat kepercayaan itu disebabkan “katong su tau” (=kami sudah tau), “kalu antua itu sa, bicara deng tindakan sama, lurus” (=kalau beliau itu, pembicaraan dan tindakannya sama, lurus). Jadi kehadirannya menjamin “samua jadi” (=segalanya jadi).

Orang yang “janji la biking” (=berjanji dan melakukannya) adalah orang yang tidak suka mencari untung diri sendiri, laksana yang suka “mangael deng matakael kosong” (=mengail ikan tanpa umpan) atau tidak memperlakukan kita seperti bayi yang minta menyusu dan diberi “dot bodo” (=dot bayi). Semua yang dibicarakan itu pula yang dikerjakannya.

Mereka tidak suka “dudu pasi panta” (=duduk santai), melainkan “turung tangang langsung” (=hadir, turut bekerja). Jadi “ada sabang waktu” (=ada setiap waktu), sehingga “kanal parsis katong pung sagala parlu” (=mengetahui dengan tepat apa yang kita butuhkan). Sehingga rasa percaya itu semakin terbentuk. “Tagal itu, bilang nama sa katong su tau” (=karena itu cukup katakan namanya, kami sudah mengetahui siapa dia orangnya).

Selasa, 22 Juni 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon

 

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button