Oleh: Eltom (Pemerhati Sosial)
“Kalu su kasi diri par tolong sudara, jang rekeng lalah” (=bila telah memberi diri menolong saudara, jangan hitung jerihmu) sebab “hidop musti deng pri tolongan” (=hidup harus saling menolong). Tidak ada pertolongan yang sia-sia, demikian pun “karingat yang jatu di tana tuh tar sia-sia” (=keringat yang jatuh ke tanah tidak sia-sia).
“Kasi diri” (=memberi diri) untuk menolong itu berarti memberi diri menanggung beban hidup bersama-sama. Ini pelajaran tentang “rela berkurban“. Sebab itu bila kita sudah “kasi diri” seberat apa pun beban itu, “jang barsungut” (=jangan bersungut). “Biking deng hati sanang sa” (=kerjakan dengan sukacita). Ajaran ini bersumber dari etika budaya kita yang “tar bisa lia sudara susa” (=tidak bisa melihat saudara kesusahan). “Asal tau sa, seng bilang lai, beta kasih diri” (=asal saya tahu, tanpa diminta, saya menolong). Seluhur itu cuatan etiknya, seperti itu pun luhurnya “ale rasa beta rasa, sagu salempeng pata dua“.
“Kasi diri” untuk mengabdi atau melakukan tugas demi orang banyak, dalam hal ini tanggungjawab memimpin. “Kalu su kasi diri tu, biking akang babae” (=kalau sudah memberi diri/bersedia, lakukanlah dengan baik). Karena tidak etis bila kita sekedar mau “manyao mar sondor karja” (=menerima tetapi tidak kerja), apalagi “manyao par makang puji” (=bersedia semata-mata untuk dipuji). Orang yang “kasi diri” dalam hal ini harus melakukan dengan sungguh-sungguh tugas yang telah dipercayakan itu.
Termasuk bila karena itu, “ale tidor tar sono” (=tidak tidur nyenyak) atau “tinggal deng pikirang sakapala” (=berpikir keras/selalu berpikir) sebab itulah wujud tanggungjawab, jadi dalam tidur pun, tugasmu tidak berhenti, dalam duduk pun, tanggungjawabmu tidak habis, karena “pas turung tampa kaki inja tana deng hahalang kanal bahu lai” (=begitu bangun dari tidur kaki menjejaki tanah, lakukan tugas). Kalimat ini adalah ungkapan tentang orang yang bertanggungjawab, sehingga begitu dia bangun dari tidur langsung bekerja. Beda dengan yang “talo’ung/tidor pistol sampe matahari nai” (=tetap tidur saat matahari terbit; ciri orang malas) atau “ayang su cakar paser mar masi tandang kaeng“.
Dalam semua itu “jang rekeng lalah“, sebab melakukan suatu pekerjaan demi saudara adalah sama melakukan untuk diri sendiri sebab saudara itu “bukang orang laeng” (=bukan orang lain) malah “par orang sa katong biking/kasi, apalai par sudara sandiri” (=untuk orang saja kita memberi apalagi saudara sendiri), “hidop ni beta kasi sampe seng seleter sisa lai” (=memberi hidup sampai rela habis).
Mari tolong saudara di NTT
Selasa, 20 April 2021
Pastori Jemaat GPM Ad, Kei Besar
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi