Oleh: Eltom (Pemerhati sosial)
“Agama su ajar sagala yang bae, jadi jang biking diri macang tar kanal Tuhan” (=agama mengajarkan kebaikan, jadi jangan berlaku seperti tidak mengenal Tuhan). Sebab “dalang banya hal” (=dalam banyak hal) orang suka berperilaku seakan-akan tidak memahami ajaran agamanya yang luhur, seperti “laeng sayang laeng” (=saling menyayangi/mengasihi), “laeng jaga laeng” (=saling melindungi), “jang binci sudara” (=jangan membenci), “jang taru kira orang pung sala” (=jangan menyalahkan orang lain), dan sebagainya.
Padahal “sabang hari” (=setiap hari) “stel neces par pi sumbayang” (=berpakaian rapih untuk pergi sembahyang/kebaktian), “kele Kitab Alhayat unju diri bae” (=memegang Kitab Suci seperti orang saleh), “dengar khutbah/riwayat, babatu jua mar sondor” (=mendengar khotbah dengan seksama tanpa bersuara/ribut), “la biking diri parsis tua bijaksana” (=berlagak seperti sang bijaksana).
Orang seperti ini yang “tar kanal Tuhan” (=tidak mengenal Tuhan) dalam arti “dengar A biking B” (=pengajaran yang didengar berbeda dari yang dilakukan). Bila demikian, siapa yang salah? “Jang unju orang” (=jangan menunjuk orang lain) sebab “pengajarang deng guru seng sala” (=ajaran dan guru yang mengajar tidak salah), yang salah adalah diri sendiri sebab “biking diri batul” (=berlagak seperti orang benar) padahal hanya “par tutu sala” (=untuk menutupi kesalahannya).
Jadi kalu mau balajar “kanal Tuhan” maka setiap orang harus “bawa diri babae” (=menata pembawaan dirinya) “jang mata baliar ka kiri ka hati babengko ka kanang” (=jangan memandang ke kiri atau terpikat hati terhadap godaan di kanan) melainkan “bajalang lurus turut pengajarang yang El-hak” (=berjalan lurus mengikuti pengajaran Tuhan/Allah).
Kamis, 29 April 2021
Pastori Jemaat GPM Bethania, Dana Kopra-Ambon
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi