“Biar cabu deng lawangka lai, kalu hati su tagae tu seng bisa sa” (=biar dipaksa apa pun, jika hati sudah terpikat tetap tidak bisa). Itu ungkapan yang terkait dengan keteguhan hati seseorang, yang telah memilih seorang tertentu sebagai pasangannya, atau telah meyakini suatu kebenaran dan tidak bergeming oleh alasan atau keadaan apa pun. Kira-kira seperti itulah iman dimengerti “dari katong pung kahidopang” (=dari kerangka pemahaman masyarakat kita). Jadi “biar se bilang apa lai, tetap seng sa” (=mau berkata apa lagi, tetap tidak).
Lagi-lagi ini soal hati yang “su seng bisa balari lai” (=tidak bisa beralih lagi). Tentang kekokohan hati seperti itu malah disebutkan: “se mau paksa sampe Tuhan datang kedua kali lai tetap seng sa” (=dipaksa sampai kedatangan Tuhan yang kedua juga tidak bisa), “ka sampe ayam gigi batumbu lai” (=sampai ayam tumbuh giginya), karena ini mengenai pilihan kehidupan.
“Kalu hati su tagae, beta usaha sampe jadi” (=bila hati telah terpikat, saya usahakan hingga jadi) ini menerangkan upaya memperjuangkan sesuatu, termasuk cinta dalam hidup “jujaro mungare” (=muda mudi). Jadi yang seperti ini, bukan lagi “par barmaeng-barmaeng” (=for funny, sekedar main-main), melainkan “su deng nanala paskali ni” (=dengan sungguh-sungguh). Apalagi “kalu hati su tagae” lalu berkeputusan menikah, maka itu “deng nanala paskali” karena menikah itu “seng sama deng barmaeng ruma kacil ka enggo basambunyi” (=tidak seperti bermain rumah-rumahan atau petak umpet).
“Kalu hati su tagae, se cabu deng lawangka lai tar bisa“. Jika ini tentang memilih kebenaran, “tabadiri sama batu karang di ujung meti” (=kokoh seperti karang di tengah laut/batas air pasang-surut). Yang seperti ini “su seng bisa tawar lai” (=tidak bisa tawar menawar). Hal itu menjadi jaminan “hidop lurus“, sebab “mau taku Antua di atas ka sapa?” (=mau hidup takut Tuhan ataukah siapa). Bila “hati balari” yang penting ingat bahwa “orang seng tau, mar Antua lia dari aras ketinggian” (=manusia tidak mengetahuinya, tetapi mata Tuhan melihat dari tempat-Nya yang tinggi). Jadi “jang haga-haga” (=jangan coba-coba).
Selamat berkarya.
Untuk “basudara Salam”, selamat berpuasa
Rabu, 14 April 2021
Pastori Jemaat GPM Bethania, Dana Kopra-Ambon
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi