Haji Misbach; Sosok “kiri” Tokoh Pergerakan RI yang Diasingkan Belanda ke Manokwari
Napak Tilas Jejak Sosok Pergerakan
“Mengenang Haji Misbach, karenanya, menyadarkan kembali bahwa kita tak perlu takut terhadap Marxisme, atau menganggapnya sebagai ancaman. Alih-alih, harusnya kita mengapresiasinya karena perannya yang besar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa ini, dan karena kesamaan tujuannya yang mulia dengan Islam: membebaskan masyarakat tertindas. Wallahu a’lam.”
Oleh: Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan (Pembina Nasional Forum Mahasiswa Studi Agama-agama se-Indonesia [FORMASAA-I] Manokwari, Papua Barat)
INFORMASI AWAL
NAMA Haji Misbach sesayup terdengar sampai. Saat penelusuran jejak sejarah Islam di Papua Barat, khususnya di Manokwari, nama itu muncul kembali. “Menurut info, makamnya ada di suatu lokasi dataran tinggi di Manokwari,” kata Dr. Mulyadi Djaya, Ketua PW Muhammadiyah Provinsi Papua Barat, dalam suatu kesempatan mengantarkan penulis kembali ke rumah.
Waktu itu Ketua Dewan Pertimbangan Majlis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua Barat ini, sedang mengantarkan penulis kembali ke rumah missi usai acara presentasi Jejak Sejarah Islam di Kantor MUI Provinsi. Di sela-sela obrolan lainnya, Dr. Mulyadi menyinggung sosok Haji Mohamad Misbach sebagai tokoh pergerakan yang dibuang Belanda ke Manokwari, Papua Barat.
Baca Juga: Mengenang Kembali Revolusi Kain Timor di Ayamaru Papua Barat
Rasa penasaran menyebabkan penulis ingin mengenal sosok Haji Misbach tersebut. Melalui penelusuran referensi lama dan baru, akhirnya banyak data yang diperoleh. Termasuk, lokasi makamnya yang disebutkan berada di komplek Pemakaman Kuno Penindi, Manokwari. Setelah beberapa kali rekonstruksi lokasi, akhirnya diperoleh titik koordinat yang pasti.
MENELUSURI MAKAM HAJI MISBACH
Berbekal beberapa informasi, Rabu (30/6/2022) siang, penulis meluncur ke lokasi. Diantar ojek asal Probolinggo yang tinggal di Marampa Sowi 3, penulis menuju ke pusat kota di Jalan Merdeka. Petunjuknya menyebutkan lokasinya sekarang kemungkinan berada di sekitar kawasan Jalan Merdeka. Hanya ada satu pemakaman kuno di sekitar sini: Pemakaman Kuno Belanda dan China.
Setelah masuk melalui jalan setapak yang menanjak, akhirnya komplek makam itupun ditemukan. Kondisi pemakaman kuno Penindi (Fanindi) itu kondisinya sudah memprihatinkan. Perumahan penduduk sudah merangsek masuk ke dalam. Di beberapa tempat tampak makam-makam itu telah tertimbun tanah, sebagian lagi masih utuh namun kondisinya juga tidak terlalu bagus.
Baca Juga: Telusuri Bangunan Pillbox di Manokwari, Jejak “Threatre of Pacific” di Bumi Kasuari
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi