Puisi

Gowa Bersejarah

PUISI

Puisi-puisi karya Rusdin Tompo*


GOWA BERSEJARAH

Aku meneropong
Lewat lubang gobang jingara
Koin mata uang yang jadi poin penting penanda masa jaya
Bate Salapang mewujud Sombaya ri Gowa
Membawaku pada kenang sejarah
Abad ke-16 babad penuh tinta emas
Ketika rempah menghela orang-orang Eropa singgah
Berlabuh
Menambatkan sauh dari dan ke Maluku
Di bandar Somba Opu yang tenar
Karena para saudagar di sini
Menakar barang dan perkataan dalam timbangan yang benar

Somba Opu kala itu laksana kejora
Pesonanya melegenda
Tembok kokoh dengan warna terakota
Melindungi sesiapa serupa saudara
Sahaja, raja, dan ulama diterima
Silakan bertukar kabar berita
Dalam lontarak bilang kebajikan berbilang
Dicatat Daeng Pamatte sebagai pengingat
Bahwa ada masa, Gowa-Tallo digjaya penuh daya pikat

Ketika belum banyak cerdik cendekia
Gowa dikaruniai lelaki appa sulapa
Kaya ragam bahasa tiada tara
Cita rasa ilmunya ada pada teleskop Galileo Galilei
Visinya tampak pada bola dunia
Ia adalah Karaeng Pattingalloang
Dijuluki “Den Grooten Pantagoute”
Yakni Karaeng Pattingalloang yang Agung
Tapi adakah yang bergetar mengenangnya penuh sanjung?
Jangan-jangan namanya hanya disebut lamat-lamat
Kian samar tertutupi debat silang pendapat
Tak lagi ditembangkan pasinrilik
Yang alun kesok-kesoknya terdengar lirih patah-patah

Gowa bersejarah
Bukan berarti hanya tinggal sejarah
Tapi catatan dengan cetakan semegah Balla Lompoa
Bahwa para petarung:
“De haantjes van het osten”
Buraknena buraknea
Pernah menguasai hampir setengah Nusantara
Itulah inti pustaka yang mestinya jadi pusaka
Kita daraskan kembali bukan sebagai lagu ninabobo
Tapi sebagai kelong pangngurangi
Biar mengisi konten-konten digital dengan muatan lokal
Yang kental adat budaya siri’ na pacce
Agar kisahnya terawat jejaknya terlacak
Serupa harum rempah yang tetap renyah dbincangkan dihidangkan
Dengan mata binar penuh muruah.

Gowa, 14 November 2023

indonesia tanah air beta
Penulis, Rusdin Tompo.(Foto: Dok. Pribadi)

*Rusdin Tompo, penyair kelahiran Ambon, 3 Agustus 1968. Telah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi, yakni “Tuhan Tak Sedang Iseng” (Rayhan Intermedia, 2014), “Mantra Cinta” (Liblitera, 2016), “Menculik Puisi” (Garis Khatulistiwa, 2017), “Bukan Dongeng untuk Anakku” (Rayhan Intermedia, 2019), dan “Kata Sebagai Senjata” (Rayhan Intermedia, 2019). Namanya masuk dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017, dan 2018 edisi revisi)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button