Kutikata

Calaka Duabelas

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)


Calaka duablas” (=celakalah). Istilah duabelas di situ menerangkan tentang “pikolang barat” (=beban berat), yang “dua-dua bahu kanal” (=dipikul pada kedua bahu).

Ungkapan itu sering diucapkan ketika mendengar kabar suatu kejadian “ada yang korban” (=ada yang ditimpa kecelakaan), sebab itu disertai ungkapan “mar dong seng apapa toh/bae-bae sa toh?” (=Tetapi mereka baik-baik saja kan?)

Baca Juga: Prokes Orkes

Calaka duablas“, sering pula diucapkan sebagai bentuk kritik atas kekeliruan sendiri yang merugikan diri sendiri atau orang lain, sebagai rasa penyesalan atau malu, sehingga biasa dilengkapi dengan ungkapan, “jang kurang hati/jang marah” (=maafkan) atau “ampong dosa jua” (=ampunilah).

Calaka duablas” sering pula digunakan dalam bentuk “basangaja” (=candaan) atau dalam percakapan sehari-hari, sesuai kondisi pembicaraan. Misalnya, “ada anging deng omba nih mar dong pi sa tuh” (=mereka tetap pergi dalam angin dan ombak). Orang yang mendengar biasa membalas “calaka duablas. Yah, semoga dong sampe deng sagala bae jua” (=wah, semoga mereka tiba dengan selamat).

Sering juga menjadi ungkapan ketika “ada yang biking salah par hamba” (=ada yang melakukan kesalahan kepada seorang hamba/pelayan agama). Entah itu “bakalai ka user ka” (=marah atau mengusir). Maka ungkapan “calaka duablas” bisa bermakna “manyasal dong biking bagitu” (=menyesal hal itu dilakukan mereka), atau marah karena “tar pikir susah iko blakang” (=tidak memikirkan kesusahan yang akan datang), atau juga rasa takut, “jang tagal ose katong samua susah” (=lantaran anda kami semua susah).

Jadi biasanya kepada siapa yang berlaku kasar dianjurkan “pi minta ampong sana” (=segeralah pergi mohon pengampunan), atau ada orang yang mewakilinya atau mewakili “segnap orang” (=semua orang) datang dan “minta ampong“.

Ungkapan “calaka duablas” juga merupakan “koreksi diri” (=otokritik) ketika sadar “su salah par Antua Basar” (=ada kesalahan terhadap Tuhan), karena itu biasa “poti-poti minta ampong” (=bersegera mohon pengampunan), “tagal lama-lama ale, la maraya poro” (=karena bila berlama-lamaan, semakin susah hidupnya).

Jadi, “jang maeng-maeng deng Antua la jang biking sasabarang orang laeng” (=jangan mempermainkan Tuhan dan jangan berlaku buruk kepada orang lain).

Salamat Har’ Ahad, 11 Juli 2021
Pastori Jemaat GPM Nalahia, Klasis Pp. Lease

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button