Kawan JebiHeritageNasional

Asyiknya 3 Jam Telusuri Sejarah Bareng Cerita Bandung

KAWAN JEBI

Oleh: Tiara Melinda A.S. (Komunitas Jelajah Bineka)


Aroma nasi uduk dari warung di sebelah kontrakan saya, masih kuat tercium saat hendak berangkat menuju kantor. Aroma itu sempat menggoda saya untuk singgah sebentar buat sarapan. Tapi jarum jam sudah menunjukkan pukul 05.10 WIB, dan Abang Ojek Online sudah tiba di depan pagar.

Hari ini kami tim Jelajah Bineka akan trip pergi pulang Jakarta – Bandung. Jalanan masih lowong. Udara pagi Jakarta yang masih segar, membuat saya semakin bersemangat ikut trip hari ini. Maklum sudah sekitar 13 tahunan, saya tidak berkunjung ke Bandung. Akhirnya kali ini bisa bekerja sembari melancong ke kota yang penuh sejarah ini.

Setibanya di kantor, yang berada di daerah Jakarta Selatan, saya bersama tim segera berangkat. Jam 09.00 WIB nanti, kami sudah ada janji dengan mitra kerja di Bandung.

Jalanan menuju Bandung lancar meski kendaraan sangat padat. Rupanya pada ruas tol KM 50 ada kejadian tabrakan yang lumayan parah. Kepadatan sampai di KM 51. Meski tidak separah sebelumnya. 

Sekitar pukul 8.45 WIB kami memasuki kawasan Bandung, dan langsung bergegas menuju Galeri Batik Komar, sebelum sore nanti akan ikut walking tour yang diadakan oleh teman-teman Cerita Bandung.

Suara burung mulai terdengar ketika kami sampai di Batik Komar. Suasana sejuk dan asri langsung menyambut kami.
 
Galeri Batik Komar ini dilengkapi dengan tempat pembuatan batik. Ini memungkinkan para pengunjung tidak hanya berbelanja batik, namun bisa juga melihat proses pembuatan batik. Mulai dari menggambar pola, hingga proses terakhir yakni pencelupan.

Harga batik di tempat ini beravariasi dari Rp.90.000, hinga puluhan juta. Mulai dari baik batik sampai batik tulis, tersedia di sini. Tentunya semua merupakan batik Jawa Barat.

Bagi Kawan Jebi yang ingin berkunjung, menikmati suasana yang ada sembari melepas dahaga, tenang saja, karena ada Pecah Kopi, yang menyediakan kopi dan aneka penganan di sini.

Setelah dari Batik Komar, saya dan rekan Krishna beranjak menuju Alun-alun Kota Bandung. Jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi Batik Komar. Terasa berbeda sekali Bandung saat ini dengan Bandung 13 tahun lalu, ketika saya kesini. Banyak perubahan dan kotanya semakin ramai. Namun yang sangat saya salut, adalah gedung-gedung maupun lokasi bersejarah  tidak dirubah bentuknya. Masih terjaga seperti dulu,
.

Hal ini, bagi saya, yang membuat Bandung sangat istimewa. Banyak cerita dan sejarah yang terukir di sini. Bisa dikatakan melihat sejumlah arsitekturnya, serasa kita diajak kembali ke masa kolonial dulu.

telusuri sejarah
Kegiatan Walking Tour dengan tema The Original Bandung, yang menyusuri lokasi-lokasi sepanjang jalan Asia – Afrika.(Foto: Dok. Penulis)

Kami kemudian bergegas menuju depan Hotel Preanger yang merupakan titik kumpul teman-teman Cerita Bandung. Mereka ini merupakan komunitas yang siap mengantar siapa saja, yang penasaran dan ingin lebih jauh mengenal Kota Bandung.

Hari ini kegiatan yang kami ikuti berkonsep Walking Tour. Menariknya hari ini bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kota Bandung. Maka tema yang diangkat adalah The Original Bandung. Lokasi-lokasi yang diambil pada walking tour ini, yaitu sepanjang jalan Asia – Afrika.

Walking tour yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini, sangat memberikan pengetahuan serta wawasan baru mengenai Kota Bandung. Bahkan ada beberapa peserta asal Bandung, yang justru baru mengetahui sejumlah cerita sejarah di kota ini, saat mendengar tuturannya dari sang tour guide. Konsep yang diangkat sangat menarik, sebab tidak membosankan dan membuat capek. Meskipun spot-spot lokasi yang diambil jaraknya terbilang panjang.

Setiap spot peserta akan berhenti, lalu diceritakanlah kisah di balik lokasi tersebut. Sebut saja, salah satunya adalah Savoy Homann. Ini salah satu hotel beserjarah di Bandung, yang memiliki kaitan erat dengan perkembangan kota ini. Termasuk ketika pelaksanaan Konferensi Asia Afrika pada tanggal 18 hingga 24 April 1955.

Banyak delegasi dari berbagai negara yang hadir dan menginap di hotel ini. Termasuk presiden pertama RI, Soekarno, sebagai salah satu tamu spesial yang singgah di kamar 244. Kamar ini sampai sekarang masih dirawat dan dijaga sebagaimana bentuknya dahulu.

Kemudian spot berikutnya adalah titik 0 Kilometer Kota Bandung dan Gedung Merdeka, yang merupakan salah satu bangunan bersejarah, sekaligus saksi bisu berkumpulnya para pemimpin dunia dari Asia dan Afrika yang menghasilkan Dasasila Bandung. Ada 10 poin penyataan pada Dasasila Bandung, yang bicara mengenai dukungan bagi kedamaian, persamaan derajat, saling menghormati, serta kerjasama antarbangsa.

Masih akan ada beberapa lokasi bersejarah lainnya yang dikunjungi, dengan lokasi terakhir akan berhenti di Penjara Banceuy. Tempat ini menjadi bagian dari saksi bisu sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Dulu di penjara ini, presiden Soekarno pernah mendekam selama delapan bulan, karena dijerat pasal-pasal haatzai artikelen. Dan pada masa dulu penjaranya merupakan penjara kelas terbawah. Bisa dikatakan tahanan yang dijebloskan ke situ tidak dianggapp, karena yang masuk ke sini adalah kalangan bawah.

Bagi saya perjalan tiga jam ini sepertinya tidak cukup untuk mengenal dan mengetahui seluruh sejarah serta cerita Kota Bandung. Mungkin ini masih sebagian dari begitu banyaknya kisah-kisah dan saksi bisu perjalanan Indonesia di daerah ini, hingga sekarang.

Selamam perjalan wisata sejarah ini, saya sempat bercertia dengan salah satu founder Cerita Bandung. Namanya Kang Farhan. Dia menuturkan di akhir tahun 2018, dirinya membuat resolusi tahun baru untuk memulai sebuah perusahaan travel.

telusuri sejarah
Kegiatan Walking Tour dengan tema The Original Bandung, yang menyusuri lokasi-lokasi sepanjang jalan Asia – Afrika.(Foto: Dok. Penulis)

“Saya memberi nama Cerita Bandung, dengan tujuan perusahaan ini akan berfokus memberikan tour yang unik dan berkualitas, dengan cara bercerita tentang Kota Bandung yang belum pernah didengar, dilihat, dan dirasakan orang lain sebelumnya. Dibantu oleh teman-teman yang mempunyai kecintaan yang sama tentang kota ini, kami pindah ke sebuah kantor kosong untuk memulai petualangan ini di bulan Juli 2019,” kisahnya.

Farhan menyebutkan, kegiatan Cerita Bandung sempat terhenti beberapa saat karen masa Pandemi Covid-19, namun saat ini sudah kembali dibuka tapi dengan dua jadwal dalam satu hari, yakni Sabtu dan Minggu.

“Setelah kita buka kembali banyak sekali teman-teman yang ingin ikut. Akhirnya kami bagi menjadi dua kali yakni di pagi dan sore hari. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. Kami juga tidak menyangka akan meningkat antusiasnya setelah kembali dibuka. Mungkin karena banyak yang rindu dan ingin bernostalgia dengan Bandung. Bahkan ada peserta yang ikut dua kali dalam sehari, bahkan hingga kegiatan di hari minggu yang kami namakan #jalaninaja,” paparnya.

 

Farhan sampaikan, saat ini mereka memiliki 15 trip yang bisa diikuti. Banyak peserta yang sudah pernah mengikuti beberapa trip sebelumnya, dan berencana ingin menyelesaikan seluruh trip yang ada. Sebab bagi mereka banyak certia yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.

“Trip kami tidak hanya di satu tema. Ada mengenai kuliner, kemudian daerah pecinan, dan daerah-daerah yang mungkin saat ini mulai dilupakan. Oleh sebab itu kami hadirkan kembali kepada teman-teman semua,” pungkasnya.

Sisi cerita sejarah Bandung, menurut saya, tidak akan ada habisnya, dan harus terus dilestarikan. Apalagi bisa dikatakan saat ini mulai banyak tempat-tempat nongkrong baru bagi anak muda yang bermunculan di Bandung. Dan tentunya kuliner autentik Bandung yang harus tetap dijaga, karena mungkin saat ini banyak hadirnya restoran modern dengan menu-menu kebarat-baratan.

Walking tour kami di tutup dengan mencicipi salah satu kuliner tradisional yang sedang popular di Bandung yakni Bakcang Braga, disajikan panas-panas, dengan sambal khas, dan daging tetelan yang gurih. Porsinya gemuk dengan hargan hanya Rp.10.000, lokasinya tepat di seberang Gedung Merdeka. Bakcang Braga memang benar-benar nikmat. Dan Bandung memang tidak cukup dijelajahi hanya dalam tempo tiga jam. Semoga saya bisa kembali lagi ke sini, menikmati cerita-cerita lainnya tentang Bandung dari teman-teman Cerita Bandung.


Rubrik KAWAN JEBI merupakan kerjasama redaksi potretmaluku.id dengan Jelajah Bineka (Jebi), sebuah komunitas yang dibentuk dengan tujuan merangkul anak muda Indonesia untuk lebih peduli terhadap keragaman budaya Indonesia

Rubrik KAWAN JEBI diharapkan dapat menjadi wadah untuk kawan-kawan yang memiliki ketertarikan untuk menulis. Rubrik ini juga merupakan sebuah wadah untuk berbagi informasi maupun pemikiran yang dituliskan secara kreatif.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button