Pendapat

Alqassam Kasuba Menaklukan Ketidakmungkinan ke Senayan

PENDAPAT

Oleh: M. Suhfi Majid (warga Bogor asal Ambon)


Bogor (14/3). TOK. Debat Panjang selama sepekan pada Pleno KPU Maluku Utara berakhir. Komisioner KPU mengetuk palu. Pertanda jika rekap suara DPR RI dari Kabupaten Halmahera Selatan, selesai Rabu (13/3/2024).

Rekap suara di Hotel Bela Ternate walaupun berjalan dramatis, ujung keputusan itu akhirnya ditetapkan. PKS menjadi salah satu pemilik sah kursi DPR RI, dari tiga jatah kursi ke Senayan dari Maluku Utara. Dua lainnya terbagi ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar.

Menyebut nama Izzuddin AlQassam Kasuba, tidak banyak publik Maluku Utara yang mengenalnya. Ya, dialah peraih suara terbanyak di internal PKS. PKS mendapat 70.726 suara. Qassam (demikian nama panggilannya) mengoleksi 32.424 suara pribadi. Dan karenanya, dialah yang menjadi pemillik kursi tersebut.

Siapa Qassam? Dia hanya anak muda biasa. Lahir pada 3 Desember 1992. Masih belia. Generasi Milenial. 32 tahun. Mengawali gebrakan dengan menjadi kontestan, caleg DPR RI. Di titik pertama itu, langkahnya langsung menghentak publik Maluku Utara. Penantian PKS selama 20 tahun, akhirnya terwujud. 2004, PKS mendapat kursi DPR. 2024 (Setelah 20 tahun), Qassam membuat torehan sejarah, kursi DPR untuk PKS itu kembali, setelah 20 tahun puasa.

Qassam bukanlah siapa-siapa. Namun, kehadirannya mampu mengimbangi politisi-politisi senior Maluku Utara yang maju bertarung sebagai caleg DPR RI. Sebutlah, Achmad Hatari (caleg incumbent 2 periode dari Nasdem), Hein Namotemo (mantan Bupati 2 periode Kabupaten Halmahera Utara), Thaib Armaiyn (mantan Gubernur Maluku Utara 2 periode), Jasri Usman (mantan Wakil Walikota Ternate). Sederet nama beken, tokoh Maluku Utara merebut peruntungan. Qassam, si anak bawang ini tampil digdaya. Satu kursi dari jatah 3 kursi DPR RI dari Dapil Maluku Utara dia rebut. Capaian yang tidak bisa dianggap enteng.

Qassam bukanlah politisi ulung. Jejaknya sebagai politisi tidaklah berderet panjang. Bahkan minim. Ia hanya seorang anak muda, penyukai bola. Dia menghimpun anak-anak muda di Halsel dalam kegiatan positif, club dan kompetisi bola.

Saya ingat, ketika dia diminta menjadi Caleg, wajahnya tersenyum tanpa beban. Karena baginya, menjadi aleg dan terpilih adalah KETIDAKMUNGKINAN. Hanya melengkapi daftar sebagai caleg. Tidak lebih dari itu.

Qassam telah menunjukan satu semangat penuh bara: menjadi sang penakluk ketidakmungkinan. Dia tidak dihitung. Dia hanya anak muda polos. Bahkan jika dia berjalan di kerumunan para tokoh politik Maluku Utara, dia tidak akan disapa. Wajar, karena dia belum pernah memiliki panggung seperti para politisi senior Maluku Utara.

Qassam bukanlah siapa-siapa. Namun, ketika KPU mengetuk palu di forum rekap suara pusat sebagai pemilik suara terbanyak di PKS, dia menunjukan satu pesan kuat. Tidak ada yang tidak mungkin dalam pertarungan politik. Qassam membawa energi: MENAKLUKAN KETIDAKMUNGKINAN.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2Next page

Berita Serupa

Back to top button