PendapatSeram Bagian Barat

Legacy Itu Bernama Jalan Lingkar Luhu; Terima Kasih Pak Yasin Payapo

PENDAPAT

Catatan : M. Suhfi Majid (Anak Negeri Luhu)

LUHU. Indah. Demikian saat berada di Puncak Gunung Malintang Negeri Luhu. Menghadap ke depan, bentangan Lembah negeri Luhu dengan laut seram menampakan pesonanya. Menghadap ke belakang, dusun-dusun petuanan terlihat anggun.

Lembah yang nampak menghijau dari Puncak Gunung Malintang, memang tak seindah Lembah Gomeda di Nashvire. Ia tak seeksotik Lembah Indah Malang.

Puncak Malintang belum mendapat sentuhan. Masih virgin. Namun, lekukan jalan beraspal dengan gunungan berpasir yang diselimuti ilalang hijau, meninggalkan makna mendalam tentang LEGACY.

Di Puncak Gunung Malintang, ada jejak-jejak pengorbanan. Di situ, selama puluhan tahun, wajah-wajah berkeringat melepas penat. Punggung kekar memikul muatan. Kepala perempuan-perempuan tangguh yang menahan beban tali kamboti.

Mereka melintasi jalan setapak dengan berjalan kaki dari dusun-dusun (Ulatu hingga Eli Besar) ke Negeri Luhu dan Negeri Iha. Membawa hasil pertanian untuk didagangkan. Mereka, para pejuang yang tak lelah mengumpulkan rupiah.

Luhu
Penulis saat di Jalan Lingkar Luhu.(Foto: Dok. Penulis)

Pasar Negeri Luhu selama puluhan tahun menjadi tempat berkumpul. Di sana, terjadi transaksi ekonomi. Ada sayur, kasbi dan hasil perkebunan lainnya dari dusun-dusun. Mereka mendaki jalan Gunung Malintang dengan beban tak ringan. Menggelar jualan di pasar negeri. Tak banyak untung. Tak sepadan dengan penat yang terasa. Namun, saya tahu pasti, perempuan-perempuan dari dusun petuanan itu selalu sumringah di tengah lelah mereka.

14 Agustus lalu, menuju dusun petuanan, saya tak perlu mendaki Gunung Malintang dengan jalan kaki. Ia telah teraspal mulus. Jalan lingkar Luhu – Petuanan sebagian besar telah teraspal. Beberapa bagian dari Nasiri ke Limboro dan Tapinalu – Ulatu dalam proses penyelesaian.

Pembangunan jalan lingkar Luhu adalah penantian panjang. Ketika Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) masih bergabung dengan Maluku Tengah, mekar tahun 2003, hingga SBB mengalami pergantian kepemimpinan puluhan tahun, jalan lingkar Luhu dan Gunung Malintang tak masuk dalam daftar ingatan.

Dalam bentangan kuasa 2004 – 2017, 13 tahun, APBD Seram Bagian Barat tak menghitung jalan lingkar Luhu sebagai prioritas. Wajah Perempuan pemikul kamboti itu tidak terlintas di kantor bupati. Mereka tak penting. Peluh yang menetes bersama lelah di tengah terik ketika mendaki gunung malintang menuju Negeri Luhu rupanya tak begitu bernilai. Tok. Ketokan APBD SBB selama 2004 – 2017 (13 tahun), Jalan Lingkar Luhu terlupakan.

Adalah Bapak H. Yasin Payapo, Bupati Seram Bagian Barat terpilih tahun 2017 yang memulainya. Di bawah kuasanya, Jalan Lingkar Luhu direncanakan. Almarhum Pak Yasin menjadikannya sebagai rencana pembangunan paling strategis. Bukan hanya soal ingatan terhadap perempuan-perempuan pemikul kamboti, namun Jalan lingkar Luhu ada nadi ekonomi di petuanan.

Luhu
Foto kenangan penulis dalam suatu kesempatan foto bersama almarhum Yasin Payapo.(Foto: Dok. Penulis)

Sejak 2018, pembangunan jalan lingkar Luhu itu dijejaki. Mulai dari pekerjaan pembersihan, pekerjaan tanah, perkerasan badan jalan, pekerjaan pemadatan hingga pengaspalan dilakukan. Maka dari Luhu hingga ke Puncak Gunung Malintang, cukup dengan mengendarai sepeda motor. Demikian pula dari Talaga hingga ke dusun Ulatu. Beberapa bagian dalam pengerjaan dan proses penyelesaian. Seperti dari Nasiri/Lirang ke Tapinalu maupun Tapinalu ke Ulatu.

Tak dapat dipungkiri, jika jalan lingkar Luhu membuahkan dampak ekonomi bagi masyarakat petuanan. Akses antar dusun yang lancar membuat proses interaksi antar dusun berjalan lancar. Akselerasi ekonomi juga terlihat. Ketika saya melewati jalan beraspal di dusun Talaga, beberapa toko besar telah terbangun di sepanjang jalan tersebut. Sesuatu yang belum ada sebelum jalan tersebut dibuka.

Saya meyakini, jika almarhum Bupati Yasin Payapo menyelesaikan kepemimpinan hingga Mei 2022, Jalan lingkar Luhu akan terselesaikan dengan mulus. Di tengah kepemimpinan tersebut, Allah memanggil beliau pada 2 Agustus 2021. Maka kuasa kepemimpinan siapapun, jalan lingkar tersebut tidak boleh dihentikan. Akses dari Ulatu hingga Eli Besar saatnya dikawal dan diselesaikan. Menjadi kegiatan yang mesti terakomodir dalam APBD Kabupaten SBB. Seperti sekarang, pekerjaan tersebut tetap berjalan.

Jalan Lingkar Luhu adalah LEGACY. Warisan kebaikan dari Bupati Yasin Payapo. Sebagai anak negeri Luhu (Huamual), beliau gelisah menyaksikan perempuan – perempuan tangguh dengan kamboti di kepalanya. Beliau membuka jalan lingkar Luhu. Dan dengannya, tak ada lagi wajah – wajah lelah dengan beban di pundak atau kamboti terpikul di kepala karena beratnya beban.

Dengan sepeda motor, mereka sudah berada di Pasar Negeri Luhu dalam waktu tak lama. Warisan kebaikan Almarhum Bupati Yasin Payapo ini akan terkenang. Ia telah menorehkan value : SEJATINYA KEPEMIMPINAN, MEWARISKAN JEJAK – JEJAK BAIK. Petuanan berterima kasih kepada beliau.

Seperti Jalan Lingkar Luhu, Jalan Katapang – Talaga Piru, Jalan Pegunungan Taniwel, Jalan Lingkar Buano dan ruas Jalan Honitetu – Imabatai adalah daftar penting yang tak boleh dilupakan. Butuh sentuhan, butuh perhatian, dan menjadi keharusan kepemimpinan untuk menyelesaikannya. (18/8/2023).(*)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button