We All The Indonesian People
Ada pula para nitizen yang merespons status saya di akun facebook itu, dengan kritikan balik kepada saya, dimana ia memposisikan dirinya paling Indonesia dan saya bukan berada dalam posisi paling Indonesia. Nitizen itu mengatakan : ”jangan punya pikiran bagitu, luar Jawa tetaplah Indonesia bahwa, dari jumlah suara disana menentukan, ya! karena populasinya banyak, tapi kan pembangunan diluar Jawa juga diperhatikan.”
Saya lantas meresponsnya dengan mengatakan : “statemen saya jangan dibaca letterlijk bung. Nanti komentarnya hitam putih. Ini statemen yang mengandung joke politik agar luar Jawa diperhatikan dalam isu isu nasional yang lebih majemuk bukan sektarian.”
Tak luput pula sahabat dosen senior saya Prof. Dr. Ir. Aphrodite Milana Sahusilawane, M.S, dari Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, yang populer dengan sapaan Prof. Non Sahusilawane turut merespons status di akun facebook saya tersebut.
Ia mengatakan : “bro Jen kalau cerna lagu Hela-Hela rotan eee rotan eee Tifa Jawa Jawa eee babunyi.” Saya lantas mengatakan : “itu sudah Prof Non, katong badendang deng tifa Jawa saja ni.” Prof Non Sahusilawane lantas mengatakan dibawa komentar saya itu : “tetap katong Indonesia kio bro. Indonesia tanpa Maluku bukan Indonesia. Jumlah pemilih penentu letak di Pulau Jawa. Maluku kita tetap harus diperhatikan. Belajar dari sejarah, para pahlawan banyak orang Maluku. A.M. Sangadji, Dr J Leimena dll silahkan teman-teman lanjutkan.”
Dan saya katakan : “ia benar sekali Prof Non”. Kemudian guru besar bidang sosiologi pedesaan ini pun mengatakan dengan nada nasionalistik dalam bahasa Inggris : “We all the Indonesian people”, yang memiliki makna, “kita semua rakyat Indonesia”.
Demikian penegasan Prof Non Sahusilawane, dimana realitasnya kita para nitizen yang saling berkomentar di facebook, dalam posisi pro-kontra menyangkut dengan penggalangan suara pemilih Capres-Cawapres yang lebih diprioritaskan di Pulau Jawa ketimbang luar Pulau Jawa.
Namun dibalik pro-kontra itu, tentu kita semua adalah rakyat Indonesia, yang sejak awal keberadaan mendiami bumi Nusantara ini kita sudah memiliki sisi kebhinekaan dari aspek : suku, agama, dan ras (SARA). Sesuatu yang tidak bisa kita pungkiri sedari awal rakyat Indonesia beragam.
Dengan kemajemukan tersebut, sudah semestinya para elite di republik ini mengelolanya dengan baik khususnya dalam event-event politik nasional yakni, Pilres-Pilwapres dengan isu-isu yang lebih pluralistik, demi mensolidkan rakyat Indonesia untuk mensukseskan agenda politik akbar tersebut.(*)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi