2030 mendatang, wajah Ambon city of music harus mampu memperlihatkan beberapa aspek yang berhubungan dengan keberlanjutan (sustainable city) seperti keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Ambon city of music membutuhkan perhatian khusus juga kepada ketahanan terhadap bencana, kota cerdas, dan modern sesuai standar internasional.
Oleh: Ronny Loppies (Direktur Ambon Music Office, dan Focal Point of Ambon UNESCO City of Music)
Pembangunan Ambon city of music haruslah bersifat inklusif dan berkelanjutan. Selain kota yang inklusif dan berkelanjutan, dituntut pula untuk memiliki layanan dasar dan perumahan yang aman dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, serta kota yang mempromosikan pembangunan ekonomi lokal yang dapat dimulai dari kreatifitas (creative city).
Khususnya untuk pengembangan kota kreatif merupakan sesuatu yang sangat mendesak bagi Ambon city of music sebagai alah satu solusi mengatasi masalah-masalah perkotaan yang muncul. Antara lain meliputi: Jumlah penduduk yang terus meningkat; kesenjangan antar kota, antar wilayah dan antar desa-kota; pemenuhan standar pelayanan perkotaan; kemiskinan, masalah sosial, dan keamanan kota; kualitas dan produktivitas SDM, modal sosial, dan potensi sosial-budaya yang belum termanfaatkan secara optimal.
Termasuk, sumber pendanaan untuk pembiayaan pembangunan perkotaan yang terbatas; peraturan yang berorientasi sektoral versus pendekatan antarkota yang terintegrasi dalam sistim kewilayahan; kualitas dan kapasitas aparatur pemerintah kota, partisipasi masyarakat, profesional dan swasta; efisiensi dan pengendalian; penyediaan lahan, pemanfaatan ruang dan pengelolaan lingkungan yang tidak terkontrol dan daya saing dan produktivitas yang rendah yang mengakibatkan ekonomi lokal kota belum dapat berkembang secara baik.
Baca Juga: Ambon sebagai Kota Kreatif UNESCO Berbasis Musik Diharapkan Menjadi Inspirasi Daerah Lain
2030 Ambon city of music diharapkan menjadi kota tanpa limbah (no waste), karbon rendah (low emission carbon), dan tersedia ruang hijau publik (green open space) yang didukung oleh sistem transportasi yang mampu menjangkau semua orang dan memberi jaminan keselamatan jalan.
Dalam upaya menuju berbagai hal diatas, Ambon city of music perlu mempercepat pembangunan infrastruktur dimana nantinya lebih dari 50% masyarakat akan tinggal saat ini di kota. Berpotensi menyebabkan terjadinya aglomerasi yang tinggi. Selanjutnya perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur terpadu untuk beberapa kawasan juga perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan sebagai upaya mempercepat pembangunan.
Pengembangan perkotaan dan wilayah sebagai pusat pertumbuhan menjadi fokus dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur berbasis pada 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).
Baca Juga: Keberpihakan Pemerintah Bagi Musisi dan UMKM di Ambon Mulai Bergairah
Visi Jangka Panjang Kementerian PUPR (Visium) hingga 2030, untuk sektor Sumber Daya Air diproyeksikan membangun kapasitas air baku mencapai 120 m3/kapita/tahun. Sektor Bina Marga diproyeksikan dapat mencapai Kondisi Jalan Mantap 99 persen, Konstruksi Jalan Tol mencapai 2.000 Km, 3.000 Km Jalan Nasional Baru, dan Pembangunan Jembatan Baru mencapai 70.000 meter.
Sedangkan sektor Cipta Karya ditargetkan mencapai 100 persen untuk akses air minum, kota yang bebas kumuh, dan 100 persen untuk akses terhadap sanitasi yang layak. Untuk sektor Perumahan diantaranya diharapkan dapat memenuhi 3 Juta backlog rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi