Pendapat

Tentang Wandan

Oleh: Lefidus Malau (Staff Ahli Dirjen Kebudayaan)


Masyarakat Wandan di Banda Ely adalah keturunan penduduk awal Kepulauan Banda, yang dahulu kala sangat terkenal dengan buah Pala dan Fuli. Berdasarkan temuan arkeologis, Pala dan Fuli sudah beredar di berbagai tempat pemujaan, makam, kuil dan istana di benua Asia, Afrika dan Eropa ribuan tahun yang lalu.

Pada masa lalu, sumber dan jalur perjalanan ke sumber Pala sangat misterius. Memang, jalur perjalanan (Jalur Rempah) tersebut dirahasiakan sangat ketat persis seperti jalur perjalanan ke antariksa sekarang ini (dalam kerangka Space Mining).

Kemudian, Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda berhasil menemukan jalur pelayaran tersebut. Kepulauan Banda, sumber penghasil pala pada abad 16. Kita pasti pernah mendengar nama-nama seperti Colombus, Vasco da Gama, Marco Polo, Jan Pieterszoon Coen dan lain-lain.

Baca Juga: Melalui Muhibah Jalur Rempah, Anak Cucu Banda Eli Kembali di Banda Neira Setelah 401 Tahun

Pada tahun 1621, dalam rangka monopoli perdagangan Pala, VOC di bawah komando Jan Pieterszoon Coen datang ke Kepulauan Banda dan membunuh nyaris seluruh penduduk di Kepulauan Banda. Bisa dikatakan, peristiwa tersebut adalah “genosida” pertama dan terbesar di Asia pada masa tersebut. Sisa penduduk ditawan dan dibawa ke Jayakarta untuk membangun kota Batavia.

Para sejarawan menyatakan, Kepulauan Banda nyaris kosong. Untuk keperluan proses produksi pala (tujuan utama kedatangan VOC), VOC kemudian mendatangkan budak, residivis dan pekerja lepas dari wilayah yang mereka serang dan atau taklukkan. Keturunan merekalah yang menjadi cikal awal penduduk Banda sekarang ini.

Dari penguasaan Kepulauan Banda dan monopoli perdagangan Pala, VOC mendapat keuntungan sangat besar dan dengan itu membiayai pembangunan kekuatan militer dan benteng-benteng pertahanan di seluruh Nusantara. Bahkan, dari hasil monopoli perdangan pala dan fuli, VOC membangun pelabuhan dan kota megah di negeri Belanda. Negeri Belanda makmur dari alas pembantaian tersebut.

Baca JugaNapak Tilas Sejarah Leluhur, Genosida Wandan yang Nyaris Terkubur*

Kawan-kawan, ada sebagian kecil penduduk Banda yang berhasil meloloskan diri dari serangan dan pembantaian VOC. Mereka dalam kelompok-kelompok kecil tersebar di berbagai pulau di kawasan Maluku dan Papua. Serombongan agak besar selamat dan tiba di Kepulauan Kei.

Mereka diterima oleh rakyat Kei yang memang sudah punya hubungan sosial dan budaya lama sebelumnya. Oleh tetua di pulau Kei, para penyintas diberi tempat untuk memulai menata kehidupan. Mereka menyebut tanah air tersebut dengan nama Banda Ely. Nama yang mengingatkan mereka dengan tanah dan laut asal.

Keturunan Wandan sudah hidup selama 400 tahun di tanah air Kei dan berhasil menata dan membangun kembali kehidupan dan kebudayaannya.

Baca JugaSurabaya Jadi Titik Awal Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022, Akan ke Banda Neira

Hingga sekarang, penduduk Banda Ely masih melantunkan kisah-kisah tersebut dalam bentuk “Onotan Sarawandan”. Kisah tentang kehidupan para leluhur sebelum kehadiran VOC, pembantaian yang dipimpin oleh JP Coenn, pelayaran untuk menemukan tanah air baru dan pembentukan kehidupan baru di Tanah Kei.

Namun, kita tidak menemukan “genosida Banda 1621”, pembantaian yang pertama dan terbesar di Asia yang dilakukan VOC dalam catatan sejarah Indonesia. Buku pelajaran sekolah (SD, SMP dan SMA) tidak mencantumkannya.

Nah, generasi muda WANDAN bercerita tentang sejarah leluhur mereka dalam bentuk video di bawah. Selamat menyaksikan.(*)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button