Cerita Terbaik Perubahan Perilaku

Tantangan Bukanlah Satu Penghalang

CERITA-CERITA TERBAIK PERUBAHAN PERILAKU

Oleh: Wanda Angkotasan (Pelatih kader Posyandu di Maluku Tengah)


Restalina, lahir di Palembang 49 tahun lalu. Ia hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar. Dia mulai tinggal di Negeri Sepa, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah sejak menikah tahun 2000. Di sela-sela kesibukan mengurus enam anaknya, dia berkenalan dengan seorang bidan desa yang nantinya akan mengubah jalan hidupnya.

Bidan iini memberikan informasi dan membantunya mengikuti ujian Paket C. Sang bidan juga mendorongnya terlibat sebagai kader posyandu di Desa Sepa, di wilayah kerja Puskesmas Tamilouw.

Menjadi kader posyandu di Desa Sepa adalah kegiatan sosial pertama, yang Restalina ikuti setelah menikah. Awalnya ia mengaku kurang percaya diri karena belum mengenal kader-kader lainnya. Berkat dukungan yang dia terima, Restalina yakin inilah saat yang tepat untuk lebih mengenal orang banyak.

“Pada dasarnya saya senang berbaur dengan masyarakat untuk menambah pengalaman dan teman. Suami juga selalu mendukung selama itu positif dan saya tidak menelantarkan keluarga,” ujarnya.

Tahun 2022 Restalina terlibat dalam program edukasi perubahan perilaku dalam menangkal hoaks COVID-19 di kalangan masyarakat. Setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh LAPPAN dengan dukungan UNICEF Perwakilan Makassar, dia melakukan edukasi langsung ke masyarakat. Salah satunya ke Suku Naulu. Dikenal juga sebagai Suku Noaulu atau Noahatan, suku ini berdiam di Desa Sepa dan di wilayah selatan serta tengah Pulau Seram, Provinsi Maluku.

Noaulu atau Noahatan berasal dari kata “noa” yang merupakan nama sungai serta “hatan” yang artinya kepala sungai (hulu). Noaulu atau Noahatan dapat diartikan sebagai orang-orang yang mendiami hulu sungai Noa.

Baca Juga: Kalsum, Tak Pernah Putus Asa

Pada tahun 2011 populasi mereka mencapai 3.000 jiwa. Kebanyakan dari mereka datang dari Pulau Halmahera di Maluku Utara. Pasca Perang Hotebanggoi, banyak yang memilih bermigrasi ke wilayah selatan Pulau Seram dan berdiam di hulu Sungai Noa Petuanan di Desa Sepa.

Warga suku Naulu memiliki identitas kultural tersendiri, misalnya dalam hal bahasa dan kepercayaan asli. Namun, tak sedikit yang mengikuti agama Hindu. Bentuk-bentuk ritual yang diadopsi dari agama Hindu dapat ditemukan dalam ritual mereka. Pernikahan dini juga banyak ditemukan di Suku Naulu. Penyebabnya, karena lelaki dan perempuan ketika sudah melakukan ritual adat maka dianggap sudah siap untuk menikah.

Ritual adat yang dimaksud adalah ritual menuju dewasa untuk laki-laki (pataheri) dan perempuan (pinamou) dan ritual kelahiran bayi.  Pinamou adalah ritual bagi perempuan ketika mendapatkan menstruasi pertama berupa pengasingan dari keluarga dan masyarakat. Darah menstruasi dianggap tidak baik bagi lingkungan adat mereka sehingga perempuan yang mengalami menstruasi harus diasingkan ke posune selama sebelas hari.  Posune adalah sebuah rumah kecil yang terbuat dari daun rumbia berukuran 2×2 meter persegi dengan tinggi 1,5 meter. Posune terletak di bagian belakang rumah atau di pinggiran kampung. Selama di situ, sang gadis hanya dilayani oleh ibu dan saudara perempuannya.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2Next page
Back to top button