
Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Eltom) – Pemerhati Sosial
“Dunya ‘gnap” (=dunia dengan segala isinya) adalah “Huwa pung tampa tangang” (=buatan tangan Tuhan). Jadi “Jaga, kalesang akang, jang kas rusak” (=jagalah, peliharalah, jangan rusakkan). Itu tanda “hidop hormat Hu” (=hidup dengan menghormati Tuhan).
“Ingatang, orang pung tampa tangang tuh biar akang mau bagumana model lai, mar jang unju mangarti la kas rusak turut suka” (=ingatlah, karya seseorang itu bagaimana pun bentuknya, jangan karena kesombongan kita, lalu merusakkannya). “Tampa tangang tuh ujud lalah deng karingat sandiri” (=hasil karya itu bukti kelelahan dengan keringat sendiri), “bukang hasil basuruh, dudu la prentah” (=bukan hasil main perintah, lalu hanya duduk saja).
“Jaga orangtotua pung tampa tangang” (=pelihara hasil karya orangtua) itu nasehat agar kita tidak “bongkar iko suka” (=membongkar dengan semena-mena) hanya karena ada model baru. “Kalu atap su bocor, kalu masih bisa panirit deng satu dua bangkawang/lirang, panirit sa toh, bukang bongkar” (=bila atapnya alami kebocoran dan bisa digantikan dengan satu atau dua lembar atap, lebih baik itu yang diganti daripada dibongkar semuanya).
“Kalu dinding gaba-gaba su busu, mi ganti lirang yang busu sa bukang rubuh rumah” (=jika sebidang dinding dari pelapah sagu itu sudah membusuk, bagian itu saja yang digantikan, bukan membongkar semua rumah). “Kalu mau bongkar, bicara babae, dong jua mangarti” (=bila mau membongkarnya, bicaralah, mereka pun memahaminya). Jadi intinya pada “kalesang” (=peduli untuk membenahi), dan “kas suara” (=minta ijin, memberitahu, menjelaskan, dialog). Sebab “tampa tangang” adalah “upaya ator deng pelihara kahidopang” (=usaha mengatur dan memelihara kehidupan).
“Sama deng dunya ‘gnap nih” (=sama dengan dunia dan segala isinya ini). “Huwa su biking, ator, jaga lindung” (=Tuhan telah membuat, mengatur dan melindunginya). Kita sebagai manusia bertugas “kalesang akang” (=mempedulikannya) bukan “kas rusak turut suka” (=merusakkannya secara sewenang-wenang).
“Tampa tangang” juga mengingatkan kita untuk “biking sesuatu” (=berkarya), bukan “dudu la prentah” (=duduk main perintah). “Turung tangang lai lalu ada masohi/maren/sosoki/batobo/babalu” (=berpartisipasilah jika ada pekerjaan besar yang dilakukan bersama-sama). Dan bila “su dapa hak” (=diberi kekuasaan/kesempatan untuk menjadi pemimpin atau suatu tugas) “karja lai jang cuma istori” (=bekerja juga jangan hanya berbicara).
“Tampa tangang” juga mengingatkan kita bahwa “Antua ada kasih kuat deng mampu” (=Tuhan telah memberi kekuatan/tenaga dan kemampuan) jadi “karja deng nanala” (=bekerjalah sungguh-sungguh) “jang pamalas” (=jangan malas).
Rabu, 9 Juni 2021
Pastori Jemaat GPM Bethania Dana Kopra-Ambon
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi