Senin Pagi, Sebelum Kepala Sekolahku Pamit
Temanku, Fitriyah, yang sering juara bulu tangkis, pergi membeli makanan. Begitu pulang, ia membaginya ke teman-teman. Pitti, sapaan akrabnya, juga membagi kue ke Ibu Aji Hendriati. Namun, kata ibu, beliau lagi puasa. Puasa Senin-Kamis.
Kami pun makan sembunyi-sembunyi. Takut Ibu Aji ingin makan juga hehehe. Bercanda. Tidak sopan kan makan di depan orang, apalagi guru kita, yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Ibu Rina yang ada di situ tiba-tiba kudengar suaranya. Wali kelas 2 itu berkata, “Ibu Aji, yang ikut ANBK jangan mi kasih ikut upacara. Karena pukul 07.00 mereka sudah mesti ada di ruangan.”
Aku lupa, Ibu Aji Hendriati menjawab apa.
Singkat cerita, kami semua ke ruangan. Walau masih menunggu ANBK dimulai.
Sayang ya, murid-murid yang ikut ANBK tidak bisa melihat Ibu Aji Hendriati menjadi pembina upacara bendera untuk terakhir kali. Aku dan teman-teman hanya bisa melihat dari jendela. Kodongee.
Sementara itu di kelas, Ibu Rina menyebut nama kami, peserta ANBK, satu-satu. Aku mendapat ruangan 2 bersama dengan teman kelasku. Senang sih, tapi masih deg-degan. Pikiranku juga bercabang.
Pagi ini, dengan penuh semangat aku ke sekolah. Harapanku, mau ikut upacara. Karena Ibu Aji Hendriati menjadi pembina upacarnya. Sesudah upacara, Ibu Aji berfoto-foto dan bervideo. Aku mendengar ada teriakan yel-yel: “KOMPLEKS BORONG BISA-BISA YESS”. Begitu yang aku dengar, kalau tidak salah.
Oh iya, rupanya ada acara foto-foto, lantaran Ibu Aji diberi suprise dari kelas 5B. Mereka memberi kue ulang tahun. Ini memang hari istimewa Ibu Aji, yang merayakan ulang tahun ke-60. Ibu Aji kelahiran, tanggal 28 Oktober 1964. Bersamaan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Sesudah diberi kejutan, teman-teman bersalaman dengan Ibu Aji. Guru-guru juga memberi ucapan selamat. Mereka tidak kuasa menahan haru. Mata mereka berkaca-kaca. Bahkan sejumlah guru menangis.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi