Kutikata

Pilih Babae

KUTIKATA

Oleh: Eltom (Pemerhati Sosial)


Jang lia luar sa, la parsis akang bagus la angka” (=jangan lihat bagian luar saja, dan kebetulan bagus terus diambil). Sebab banyak kali penampilan luar itu baik, tetapi kedalaman hatinya tidak, seperti ungkapan: “mulu manis mar hati rarobang” (=kata-katanya manis tetapi hatinya tawar). Perbandingan antara wajah dan hati, manis dan tawar, merupakan pertimbangan-pertimbangan etis yang membimbing pilihan-pilihan hidup agar “jang manyasal di blakang” (=jangan disesali kemudian hari).

Jang lia duriang dari kuli sa. Kuli baduri mar isi manis” (=jangan melihat durian dari kulitnya saja. Kulitnya berduri tetapi isinya manis). Ungkapan ini mengajak kita memahami bahwa penampilan luar yang tampak kasar tidak berarti begitu pula sifatnya. Sebab kadang kita “balong par kanal lai su tola” (=menolak seseorang padahal kita belum mengenalnya). Nanti “pas dapa tau lai manyasal tagal orang su pung” (=ketika tahu baru menyesal karena sudah menjadi milik orang lain).

Pala tu luar dalang bagus” (=buah pala itu luar dalamnya bagus). Ungkapan ini bermakna bahwa ada orang yang tampilan fisik dan sifatnya baik. “Seng abunawas” (=tidak munafik), sifatnya “seng biking-biking” (=tidak dibuat-buat), tidak seperti orang lain yang “lapar bicara laeng, kanyang bicara laeng” (=lapar bicara lain, kenyang bicara lain). Memang jika buah pala dimakan, “asang bukang maeng” (=asam rasanya) “mar jual laku” (=laku dijual), “apalai bunga deng koi, nai dacing cina ada harga” (=apalagi bunga dan isinya, berharga di timbangan cina). Artinya bahwa ada harganya di pasaran.

Sagu tu, batang baduri mar isi puti” (=sagu itu, batang pohonnya berduri tetapi isi/patihnya putih). Hampir sama dengan ungkapan tentang durian. Sebab seringkali seseorang itu dinilai dari segi luarannya saja.

Jang talalu bapili, skang dapa langsa biru/malahisa/busu” (=jangan terlalu lama memilih, ujung-ujungnya dapat langsat yang belum matang/busuk). Sering karena terlampau banyak pertimbangan, akhirnya semua orang yang baik itu dipilih orang lain, dan yang kita dapati adalah yang belum matang atau buruk sifatnya, tidak bisa diandalkan.

Jadi penting memilih orang dengan melihat pada sifat atau karakternya. Dalam hal ini perlu ketenangan, “la musti alas kuat” (=harus dialaskan dengan doa; ungkapan “alas kuat” bermakna berdoa/”sumbayang” atau “paleti“). Mengenai pilih memilih pula, dinasehati “kalu su pilih, jang buang” (=kalau sudah memilih seseorang, jangan kemudian dicampakkan). Artinya kita juga harus belajar menerima konsekuensi sebuah pilihan. Nasehat ini selalu diikutkan dengan pengajaran bahwa “muka seng bisa ubah mar hati bisa” (=wajah tidak bisa diubah tetapi hati bisa dibentuk). Artinya tugas kita adalah “biking sampe dia jadi bae” (=usahakan mengubah dia jadi baik). Sebab dalam pilih-memilih terkandung tanggungjawab untuk membentuk.

Salamat Har’ Ahad
Kotamahu, Wailela-Rumahtiga

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button