Puisi-puisi karya Rusdin Tompo*
CATATAN SEORANG ANAK SMA
dulu pernah kita tidak saling sapa
berdiri berpandang diam
kabur di mata
tapi kini
kekerabatan baru terasa erat mengakrab
menebar bianglala suka cita
padahal kita sangat paham
langkah-langkah kita bentar lagi pecah-belah
masing-masing ingin bersanding di pelaminan citanya
menoreh masa berikutnya
dengan nyali darah
suatu asa
dulu kita pernah menabuh meja
sekadar bernyanyi merangkai pesta
sehabis kepayahan ulangan
melukis badut di papan tulis
gambaran tawa keindahan
itu dulu
tiga tahun yang memabukkan
lalu masih segarkah dalam ingatanmu
akan guru-guru kita yang sering marah-marah
lantaran pe-er-nya tidak kita buat
atau sewaktu kita sembunyi di wc
karena tak mau ikut pelajaran tertentu
betapa hal itu kini jadi bunga kenangan
pesona yang menari-nari di ulu hatiku
coba kau simak perlahan
cerita kisah kita yang lain
nestapa yang merekahkan bahgia
atau bahgia yang luruhkan nestapa
itu dulu
tiga tahun yang pendek dipijak
ah
bila aku melihatmu
aku seperti dijerat
di tengah kegelapan langit bertabur gemintang
padahal kita paham
ada beban mengimpit di kedua pundak
mengganjal jantung sampai lambung
dan butir air mata terkaca di pipi
tapi sungguh
mengapa isak tak terdengar
apakah kita telah cukup menuntas haru
atau ini hanya lanjutan
jalinan episode yang sudah harus tamat
ah
maafkan aku jika salah mereka
kelincahanmu masih aku butuh
agar hari-hari kita yang akan datang
tak kehilangan permata rinduku
semoga bersua seperti tiga tahun yang kita geluti
tiga tahun yang tak lampus kita cakapkan
jangan coba marah
bila suatu senja aku melepas sapa
“Apa kabar, teman?”
Ambon, 24 Mei 1987
Dari lulus 25 Mei 1987
RUANG XII EBTANAS
I. dan hujan pun mengenyahkan larik-larik soal
setetes demi setetes
pada ruang berdinding putih
kujilat bayangmu
II. kurantai emosi
pada kursi dan meja
agar dia tak lancang
menzinahi ketololanku
(betapa kumalu pada Tuhan
sebab tawa dosaku
telah menghajar
pahala puasaku sendiri)
Ambon, 6 Mei 1987
EPILOG
(Perpisahan Kelas I-1 SMA 2 Ambon)
kita tenggelam dalam irama lagu
antarkan kembang-kembang suka
canda pun kian mengental
mengeratkan cinta yang nyaris pupus
(kita bagai anak kecil manja
meski tak terlalu merengek)
kawan
aku harap
jangan redupkan cahaya wajahku dari matamu
biarkan ia berpijar untuk hati kita
buatkan ia sebuah pigura cantik
untuk digantung di jantung kenangan.
Skip, 22 Juli 1985
II A 3 1
suasana beku
sapa kaku
seakan membatu
wajah asing
hati yang dingin
terasa kering
Lateri, 8 Juli 1985
*Rusdin Tompo, penyair kelahiran Ambon, 3 Agustus 1968. Telah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi, yakni “Tuhan Tak Sedang Iseng” (Rayhan Intermedia, 2014), “Mantra Cinta” (Liblitera, 2016), “Menculik Puisi” (Garis Khatulistiwa, 2017), “Bukan Dongeng untuk Anakku” (Rayhan Intermedia, 2019), dan “Kata Sebagai Senjata” (Rayhan Intermedia, 2019). Namanya masuk dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017, dan 2018 edisi revisi)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi