Oleh Ika Idris, Derry Wijaya dan Eka Permanasari (Monash University Indonesia di Tangerang)*
Kaum muda menginginkan tindakan terhadap perubahan iklim, namun penelitian menunjukkan bahwa kelas politik di Indonesia tidak mendengarkan hal ini.
Perubahan iklim sangat berarti bagi generasi muda Indonesia. Beberapa survei nasional menunjukkan bahwa Generasi Z dan Milenial mengkhawatirkan dampak perubahan iklim terhadap kehidupan mereka.
Namun, para politisi tampaknya mengabaikan isu ini, jika pernyataan publik mereka bisa dipatuhi.
Survei terhadap 4.020 pemilih muda pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 70 persen responden mengkhawatirkan perubahan iklim, korupsi (85 persen), degradasi lingkungan (82 persen) dan polusi (74 persen). Sekitar 61 persen percaya bahwa perubahan iklim adalah masalah yang serius.
Sekitar 89 persen responden Indonesia yang disurvei oleh Bath University, Inggris , merasa cemas mengenai kemungkinan dampak perubahan iklim terhadap kehidupan mereka, sementara 66 persen mengatakan mereka akan terkena dampak langsung dari perubahan iklim. Responden yang paling khawatir tinggal di provinsi rawan bencana seperti Jakarta, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.
Survei yang dilakukan oleh Pusat Komunikasi Perubahan Iklim di Universitas Yale pada tahun 2023 terhadap 3.490 orang dewasa di 34 provinsi menunjukkan bahwa responden memprioritaskan masalah lingkungan, dengan kelangkaan air menduduki peringkat teratas sebesar 91 persen, badai atau angin puting beliung (88 persen), kekeringan (87 persen), kebakaran hutan (86 persen), pencemaran air (85 persen), pencemaran udara (83 persen), banjir (83 persen), kenaikan permukaan air laut (77 persen), dan panas ekstrem (69 persen).
Jadi, ada minat yang kuat terhadap perubahan iklim di kalangan generasi muda Indonesia.
Hal yang sama tidak berlaku bagi para politisi di Indonesia yang belum menjadikannya sebagai prioritas.
Studi kami terhadap 157 postingan Facebook politisi Indonesia menunjukkan bahwa politisi jarang berbicara tentang perubahan iklim.
Data tahun 2019 hingga 2023 pada akun-akun milik menteri, gubernur dan wakil gubernur, ketua partai, serta 48 ketua dan wakil ketua komisi DPR, menunjukkan 106 (dari 983) telah memposting tentang perubahan iklim setidaknya satu kali.
Topik dominan dari analisis tersebut adalah kemitraan global, transportasi dan infrastruktur berkelanjutan, pengelolaan mangrove dan konservasi lingkungan, serta pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Topik-topik yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat paling sedikit dibicarakan oleh para politisi Indonesia. Pertanian dan ketahanan pangan, pentingnya air bersih, cuaca ekstrem, dan kesadaran terhadap perubahan iklim hanya terdapat di 112 posko atau 11,39 persen dari seluruh posko. Hanya 18 postingan (1,83 persen) yang terkait dengan keterlibatan pemuda dalam isu perubahan iklim dan lingkungan hidup.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi