Oleh: Tiara Melinda A.S. (Komunitas Jelajah Bineka)
Di dunia mendongeng tanah air, ada saah satu nama yang sangat populer dan dianggap hebat dalam hal mendongeng, yakni Gery Saleh Melawadi atau yang akrab dipanggil Paman Gery. Paman Gery adalah Public Announcement dan storyteller yang sering menciptakan konten cerita edukasi yang menarik untuk anak-anak.
Beberapa waktu lalu, saat digelar festival bertajuk Aku dan Kain, karya desainer Oscar Lawalata yang terinspirasi keindahan ragam wastra Nusantara, bekerja sama dengan Museum Nasional (10 Agustus—11 September 2022), menampilkan keindahan beragam kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, Jelajah Bhineka juga menyertakan kegiatan yang dikhususkan untuk anak-anak, sepeti melukis bersama Bukuku.Club dan mendongeng bersama Paman Gery.
Baca Juga: Batik: Warisan Budaya yang Stylish
Nah, Kawan JeBi berkesempatan ngobrol-ngobrol dengan Paman Gery, seputar dunia mendongeng, usai dirinya menghibur anak-anak di festival tersebut.
Menurut Paman Gery, antusiasme yang dilihanya di diri anak-anak pada saat acara di museum, mereka memang sangat antusias. “Ini karena memang sejak awal mereka sudah dapat kabar, bahwa akan ada pertunjukan dongeng. Dan mereka sendiri juga adalah anak-anak yang mungkin kangen dengan dengar dongeng gitu,” tuturnya.
Atau mungkin mungkin juga, kata dia, ini karena ajakan dari orang tuanya yang memang ingin mengenalkan dongeng buat anak-anak. “Tapi begitu anak-anaknya sampai di museum, pada saat pertunjukan dongeng, kelihatan sekali kalau mereka juga sangat antusias. Sebab memang dongeng yang aku terapkan itu adalah dongeng yang interaktif,” paparnya.
Baca Juga: Asyiknya 3 Jam Telusuri Sejarah Bareng Cerita Bandung
Jadi, kata Paman Gery, bukan dongeng yang hanya monolog, dan juga hanya mengajak anak-anak untuk menonton saja. Tapi dongeng ini mengajak anak-anak untuk bisa ikut di dalam berkegiatan, di dalam dongengnya. Sehingga mereka itu punya kesempatan untuk mengekspresikan diri dan di situlah kemudian antusiasmenya kelihatan sekali.
Dia menyebutkan, ketertarikan orang dengan aktivitas dongeng sebenarnya nggak pernah berubah dari dulu. Semua orang itu pasti tertarik dengan dunia mendongeng. Pasti tertarik dengan didongengin atau juga pasti tertarik dengan mendengarkan cerita-cerita yang sifatnya fantasi, atau juga mungkin cerita-cerita imajinatif.
“Cuma yang jadi masalah adalah, bukan karena salahnya dunia digital atau dunia teknologi, tapi karena memang kesempatan ini semakin lama semakin tidak diperkenalkan ke anak-anak,” tandasnya.
Jadi kesempatan untuk mendongeng itu pun, disebut Paman Gery, mulai jarang karena ketidaktahuan atau juga mungkin belum paham betul, bahwa dongeng ini punya banyak manfaat buat pendidikan dan proses tumbuh kembang anak-anak.
Jadi kalau ketertarikannya sebenarnya, lanjut Paman Gery, sama tetap sama nggak pernah berubah di setiap zaman setiap daerah. Cuman zaman sekarang mungkin yang berubah adalah kemasannya. Cara untuk menyampaikannya.
Baca Juga: Anak Muda dan Indonesia Kaya
“Kalau dulu dongeng diberikan dalam dunia tutur diceritakan duduk sama-sama bareng. Tapi mungkin sekarang anak-anak bisa menyaksikan dongeng lewat screen, lewat layar. Itu memang bisa berbeda hasilnya. Tapi setidak-tidaknya, keinginan untuk mendengarkan dongeng itu, tetap ada ketertarikan tidak pernah berkurang,” paparnya.
Cuma, tambah Paman Gerry, sekarang kemasannya yang berbeda. Nah bagaimana kita mengenalkan kemasan yang awalnya dongeng itu terjadi dan terbuat, bertemu berkumpul bersama bercerita, kemudian saling berbagi imajinasi itu yang ingin diperkenalkan untuk terus ada di dunia anak-anak.
Baca Juga: Jelajah Situs: Belajar Toleransi di Kawasan Pecinan Kota Bandung
Ditanya sulit tidaknya mengajak anak-anak untuk ikut terlibat dalam kegiatan mendongeng? Menurut Paman Gery, sebenarnya enggak sama sekali. Yang perlu diperhatikan adalah sebenarnya kita yang mengerti dunia anak-anaknya.
KEMASAN MENDONGENG PAMAN GERY
“Jadi dunia anak-anak itu adalah dunia bermain, dunia imajinatif, dunia fantasi atau dunia sesuatu yang sifatnya memang dongeng gitu. Kalau kita mendekati anak-anak untuk mengajak anak-anak aktif dan juga interaktif, serta kemudian bisa mengekspresikan dirinya untuk ada di dalam cerita mengajak mereka, kitanya yang harus paham untuk mengajak merekanya,” tuturnya.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi