Kawan Jebi

Jelajah Situs: Belajar Toleransi di Kawasan Pecinan Kota Bandung

KAWAN JEBI

Oleh: Krishna Aditama (Komunitas Jelajah Bineka)


Kawasan Pecinan di Kota Bandung tidak seperti kawasan Pecinan pada umumnya. Basanya kawasan Pecinan dihuni secara turun-temurun oleh mayoritas warga keturunan Tionghoa, yang terkonsentrasi di satu daerah. Sedangkan di Bandung, pada kawasan Pecinan penghuninya bisa dikatakan lebih plural. Masyarakat dengan berbagai macam latar belakang etnis dan budaya hidup rukun sejak jaman penjajahan Belanda.

Kawasan Pecinan di Bandung bahkan juga dikenal sebagai Kampung Toleransi. Pada bulan Oktober kemarin, kawan-kawan Jelajah Bineka (JeBi) bersama Cerita Bandung berjalan kaki menelusuri kawasan ini.

Perjalanan kami dimulai dari taman Cikapundung di sekitar kawasan Banceuy. Dari sana, kami berjalan menuju Masjid Al-Imtizaj. Bagi sebagian kawan-kawan, ini adalah pertama kalinya mereka memasuki masjid tersebut.

Meskipun hampir seluruh peserta tinggal di Bandung dan sering melewatinya, mereka belum pernah mampir ke masjid ini. Masjid ini sangat unik. Diresmikan di tahun 2010, Masjid Al-Imtizaj banyak didekorasi oleh ornamen-ornamen khas masyarakat Tionghoa. Warna bangunannya kuning atau merah membuatnya tampak seperti Vihara atau Klenteng.

Setelah selesai berdiskusi Bersama pengurus masjid, salah satu peserta menanyakan mengapa masjid ini memiliki dekorasi yang berbeda dengan masjid-masjid lainnya.

Masjid Al-Imtizaj awalnya didirikan untuk memenuhi kebutuhan warga yang bekerja di sekitar kawasan Pasar Cikapundung. Selain itu, warga Tionghoa yang mualaf belajar tentang agama dan kitab suci di masjid ini. Maka dari itu, masjid ini memiliki nuansa budaya Tionghoa yang kental. Setelah itu kami berjalan menuju Jalan ABC.

IMG 20211107 WA0009

Tidak, nama jalan ini bukan mengambil nama dari salah satu produk kecap. Penamaan ini terinspirasi dari bermukimnya tiga etinis utama yaitu Arabieren (A), Boemipoetra (B), Chineezen (C), kawasan ini kemudian diberi nama ABC. Sepanjang jalan, kami melihat banyak bangunan tua yang sudah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda. Salah satu rumah yang menjadi ikon di jalan ini adalah rumah milih arsitek keturunan Tionghoa yang Bernama (Nama). (Nama) juga banyak membangun banyak bangunan lainnya seperti (contoh-contoh bangunan).

Menu Sarapan Masyarakat Pecinan

Di jalan ABC, kawan-kawan JeBi juga berkesempatan menikmati sarapan kopi dan jajanan cakwe yang menjadi ciri khas di kawasan Pecinan. Pertama kami mencicipi kopi susu dari warung Kopi Purnama. Warung kopi yang buka sejak tahun 1930 tidak pernah sepi dari pagi sampai tutup di malam hari. Setiap peserta yang sudah menghabiskan segelas kopi langsung memuju aroma dan kelezatan dari kopi Purnama.

Di kawasan Pecinan, kami melewati beberapa pabrik kopi. Ternyata Bandung adalah salah satu daerah penghasil kopi sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Sepanjang perjanalan, kami digoda oleh aroma kopi yang semerbak.

Salah satu jajanan yang digemari oleh masyarakat sekitar adalah cakwe. Kami mampir ke Cakwe Osin untuk mencicipi makanan yang selalu dijadikan menu sarapan warga yang belanja di pasar di pagi hari. Cakwe Osin menjadi sangat special karena dilengkapi dengan bubur untuk menambah rasa dan kenikmatannya.

Sayangnya, kami tidak memiliki banyak waktu untuk mecoba cakwe dengan buburnya. Selain itu, kami juga mencicipi roti kompiah yang kami cicipi langsung di tempat pembuatannya. Roti ini bentuknya seperti burger dan isinya daging ayam dan rumput laut.

Meskipun teksturnya agak keras, kami semua tetap menikmati setiap gigitannya. Makanan khas yang belum sempat kami coba di sini adalah lotek alkateri. Kawan-kawan JeBi yang akan berkunjung ke Kota Bandung jangan sampai terlewat untuk mencicipi jajanan di kawasan Pecinan.

IMG 20211107 WA0012

Belajar Toleransi dari Kampung Toleransi

Vihara Tanda Bhakti dan Vihara Darma Ramsi adalah dua vihara yang kami kunjungi di kegiatan Jelajah Situs kali ini. Kedua Vihara ini terletak di Kampung Toleransi. Di kedua Vihara ini, kawan-kawan JeBi banyak belajar tentang Vihara dan tata cara ibadah umat Budha.

Selain itu, kami juga bertanya tentang bagaimana masyarakat di sekitar bisa hidup secara damai dan rukun. Sejak dahulu, masyarakat sekitar selalu menjaga tali silaturahmi antarwarga dan aktif berpartispasi dalam kegiatan gotong royong jika ada warga yang sedang mengadakan kegiatan. Saling membantu dan berinteraksi tanpa prasangka menjadi kekuatan dari masyarakat sekitar.

Di Vihara Darma Ramsi, kami berdiskusi cukup panjang dengan salah satu pengurus Vihara yang beragama Islam. Meskipun ini adalah sebuah Vihara, semua orang boleh datang dan berinteraksi dengan umat Budha yang sedang berada di sana.

Sebelum kami mengkakhiri kegiatan ini, kami mendapat nasihat dari pengurus Vihara dan Kampung Toleransi untuk tetap menjaga kerukunan dan persatuan. Bangsa kita adalah bangsa yang plural. Keberagaman adalah kekuatan kita.

Di perjalanan ini kami belajar banyak hal. Kami belajar untuk lebih sadar akan lingkungan sekitar, sejarah dari berdirinya Kota Bandung, dan toleransi yang sudah berjalan sejak lama di kawasan Pecinan. Kami mengakhiri perjalanan ini dengan perasaan Bahagia dan semangat baru untuk terus belajar dan menyebarkan nilai-nilai toleransi. Sampai jumpa lagi kawan-kawan JeBi Bandung. Sampai jumpa di jalan-jalan JeBi berikutnya.

 


Rubrik KAWAN JEBI merupakan kerjasama redaksi potretmaluku.id dengan Jelajah Bineka (Jebi), sebuah komunitas yang dibentuk dengan tujuan merangkul anak muda Indonesia untuk lebih peduli terhadap keragaman budaya Indonesia

Rubrik KAWAN JEBI diharapkan dapat menjadi wadah untuk kawan-kawan yang memiliki ketertarikan menulis. Rubrik ini juga merupakan sebuah wadah untuk berbagi informasi maupun pemikiran yang dituliskan secara kreatif.

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button