Oleh: Erika Widyaningsih (Founder Jelajah Bineka)
Siapa yang tidak mengenal batik sebagai wastra tradisional Indonesia. Batik bukan hanya sekedar produk kerajinan tangan, tetapi sebagai sebuah karya seni yang dibuat oleh artisan batik dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memasukkan setidaknya 49 karya batik ke dalam daftar warisan tak benda.
Pengakuan batik sebagai sebuah warisan budaya non-bendawi pun telah diberikan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Pada sidang Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage UNESCO, batik resmi dinyatakan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia ke-3. Artinya, batik menjadi produk budaya ketiga yang diakui dunia setelah keris dan wayang yang terlebih dahulu masuk ke dalam daftar ICH UNESCO.
Masuknya batik sebagai sebuah warisan budaya tentunya membawa kebahagiaan tersendiri bagi kita sebagai Bangsa Indonesia. Batik yang memiliki nilai budaya dan seni yang tinggi patut kita jaga kelestariannya.
Setiap helai batik dan motif yang ada di dalamnya, terutama pada batik-batik motif klasik, memiliki cerita tersendiri di baliknya. Cerita tersebut tidak terlepas dari sejarah, tradisi, budaya, hingga agama dan kepercayaan masyarakat. Bahkan penelitian yang dilakukan Bandung Fe Institute dan Sobat Budaya pada 2015 mencatat, setidaknya ada 5.849 motif batik Indonesia yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Kini, yang menjadi tantangan berikutnya adalah bagaimana kekayaan warisan budaya ini bisa terus terjaga. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan Yayasan Batik Indonesia (YBI) menyelenggarakan sebuah acara peringatan Hari Batik Nusantara yang berbeda.
Bertempat di Ashta Mall Distrik 8, Senopati, YBI membawa batik tidak hanya sebagai kain tradisional, tetapi juga sebagai fashion style yang menarik dan keren untuk semua, termasuk anak muda. Generasi muda ditunjukkan dengan konsep batik sebagai fashion style yang “out of the box” dan kekinian. Dengan mengadakan Batik Fever Challenge, anak-anak muda ditantang untuk berkreasi dengan menggunakan batik sebagai fashion style mereka.
Lihat saja bagaimana sejumlah fashion blogger dan public figure yang hadir di acara pembukaan Batik Fever Exhibition berinovasi dan berkreasi dalam menggunakan kimono batik bermotif megamendung. Berbagai macam sentuhan moderen berhasil ditunjukkan dalam style busana mereka yang memadupadankan antara batik motif klasik dengan fashion style yang kekinian.
Dengan kegiatan Batik Fever Challenge ini, diharapkan berbagai bentuk pengembangan batik dapat membuat warna baru dalam pelestarian dan juga industri batik. Hal ini sejalan dengan semangat YBI untuk memulihkan industri batik Indonesia saat ini yang sedang mengalami pelambatan. Ibu Yanti Airlangga menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk membawa angin segar bagi para artisan batik.
Selain Batik Fever Challenge, YBI juga menghadirkan sebuah icon menarik, yakni Healing Tree (pohon pemulihan). Pohon pemulihan berukuran raksasa ini semakin menarik dengan berhiaskan kain batik yang menggabungkan antara motif klasik dan kontemporer.
Jumlah kain motif klasik ada 45 yang terbagi atas: 15 kain batik ada di pohon dan memiliki motif (udan Liris, gringsing dan tambal) dan 30 kain yang terdiri dari motif klasik di luar tema pohon ditempatkan di 2 lingkaran di luar pohon. Selain motif klasik, healing tree juga dihiasi dengan 80 kain dengan motif kontemporer yang merupakan pengembangan dari motif klasik Udan Liris, Gringsing dan Tambal
Pengembangan terhadap motif batik yang dihadirkan menunjukkan adanya inovasi dan kreatifitas artisan batik. Tujuannya tidak lain adalah agar batik dapat memberikan warna baru dan kekinian, serta memenuhi kebutuhan anak muda yang tetap ingin tampil stylish menggunakan batik.
Tiga motif klasik yang menjadi bagian dari instalasi Healing Tree ini merupakan kearifan tradisi leluhur yang memiliki makna tersendiri. Motif Tambal yang bermakna penyembuhan, motif Gringsing dengan makna menghindari kehampaan, serta motif Udan Liris yang bermakna bertahan dari segala permasalahan.
Yuk kita lestarikan batik Indonesia dan dukung para artisan batik.
Rubrik KAWAN JEBI merupakan kerjasama redaksi potretmaluku.id dengan Jelajah Bineka (Jebi), sebuah komunitas yang dibentuk dengan tujuan merangkul anak muda Indonesia untuk lebih peduli terhadap keragaman budaya Indonesia
Rubrik KAWAN JEBI diharapkan dapat menjadi wadah untuk kawan-kawan yang memiliki ketertarikan menulis. Rubrik ini juga merupakan sebuah wadah untuk berbagi informasi maupun pemikiran yang dituliskan secara kreatif.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi