Sejahterakan Masyarakat, Pala di Maluku Harus Ditake Off

potretmaluku.id – Anggota DPR RI, Saadiah Uluputty mengatakan tanaman perkebunan seperti pala harus ditake off secara besar-besaran sebagai komiditas unggulan, untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Maluku.
Hal itu disampaikan Saadiah, dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) kepada tenaga penyuluh pertanian dan petani pala di Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), yang berlangsung di Hotel Manise di Ambon, Selasa (14/9/2021).
Kata Saadiah, Maluku dikenal sebagai surga rempah di timur Indonesia sejak berabad-abad. Maluku menjadi penghasil buah pala terbesar dan terbaik di dunia.
“Sejak Abad ke-13, para bangsawan telah berbisnis dengan pedagang bangsa Arab dan India. Pada abad ke-15, perdagangan pala kemudian semakin berkembang,” tuturnya.
Ia menyebutkan, sejak itu Kepulauan Banda di Malteng makin dikenal dan ramai dikunjungi bangsa asing. Banda menjadi pelabuhan rempah yang ramai. Bangsa Portugis, Inggris dan Belanda saling bersaing untuk menguasai rempah di Maluku.
Belanda melalui serikat dagang VOC kemudian menjalankan berbagai taktik untuk menguasai perdagangan pala di Maluku. Saat itulah VOC memonopoli perdagangan pala.
Menurutnya, jika negara-negara Eropa berhasil mengelola pala untuk mengambil keuntungan untuk membangun negaranya, mengapa Indonesia justru mengabaikan itu.
“Mestinya pala ditake off besar besaran sebagai komoditi yang unggul dan berdampak pada perekenomian dan kesejahteraan masyarakatnya,” ujarnya.
Kata Saadiah, banyak hal yang disampaikan para petani, misalnya belum ada teknologi yang mengidentifikasi jenis kelamin tanaman pada fase benih secara akurat, lalu bagaimana caranya menjadi penangkar pala, bagaimana menjaga hama dan penyakit pada tanaman pala.
Selain itu, lanjut dia, para petani juga bertanya bagaimana menjaga pala dari serangan bakteri alfatoksin, serta bagaimana cara agar sarana dan prasarana produksi di areal perkebunan bisa diakses ke pemerintah, dan bagaimana agar harga pala bisa dinaikkan.
Beragam dan banyak pertanyaan dari petani yang harus didiksusikan dalam Bimtek tanaman rempah bersama,” terangnya.
Dia berharap, semua bisa birsinergi dan berkolaborasi antara petani, penyuluh, pemerintah kabupaten serta pemerintah provinsi dan juga pemerintah pusat.
“Saya hanya penyambung lidah masyarakat untuk mengkomunikasikan, dan menyuarakan aspirasi masyarakat,” terang dia.(TIA)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi