Melampaui Persidangan; Keindahan Budaya dan Spiritualitas dalam Perjalanan Pandu Sidang MPL PGI
PENDAPAT

Perjalanan kami bukan hanya menyentuh sidang dan budaya, tetapi lebih mendalam, menyentuh hati. Momen ini tak hanya menjadi kenangan dalam perjalanan sebagai pandu sidang MPL PGI, melainkan juga menjadi coretan keindahan dan kebijaksanaan di lembaran hati yang tak terlupakan.
Keugaharian gereja
Di hari kedua persidangan yang menguras energi, daya, dan tenaga, sidang disuguhi paparan materi Ugahari oleh Romo Setya Wibowo. Seakan-akan angin segar menghembuskan semangat baru ke dalam ruang sidang yang lelah. Ugahari menginspirasi seluruh peserta sidang dalam proses perancangan dan pengambilan keputusan
Keugaharian mengajak gereja-gereja untuk memahami dan menerapkan kehidupan yang cukup dan sederhana. Hidup dalam kesederhanaan yang cukup, bukan hanya sebuah ajakan, melainkan sebuah panggilan untuk merenungkan kembali esensi iman dan pengabdian. Ugahari menjadi panduan untuk memaknai hidup yang tidak hanya fokus pada materi, melainkan juga pada nilai-nilai spiritual.
Ugahari selebihnya perlu diimplementasi dalam ruang-ruang kehidupan yang lebih luas, dimensinya. Persidangan membagi gereja berdasarkan wilayah, dengan mengajukan bahan diskusi pada isu-isu strategis dan tantangan gumul PGI selama ini.
Ada tujuh kelompok sharing wilayah, kelompok 1 adalah gereja-gereja yang ada di wilayah Sumatera Barat. Kelompok 2, Sumatera bagian Selatan. Kelompok 3, Jawa dan Banten, Kelompok 4, Bali, NTB, NTT, dan Kalimantan. Kelompok 5, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorongtalo. Kelompok 6, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara. Kelompok 7, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Dalam agenda sharing wilayah, beberapa point penting dibahasa, antara lain pembahasan pada krisis keluarga dengan meningkatnya kasus KDRT, kekerasan anak, bunuh diri pemuda, penggunaan narkotika dan transformasi digital di masa depan. Gereja-gereja didorong untuk berjejaring dan mengembangkan kerjasama oikoumene. Dinamika kerjasama perlu didiskusikan, termasuk isu-isu pengikat dan model-model aktifitas bersama. Tantangan lain yang juga disoroti adalah “demokrasi” (bahasa PGI; mendung demokrasi)” di Indonesia.
Kesederhanaan dan atau keugaharian perlu diterapkan dalam pengambilan keputusan politik, dengan kesadaran dan pendewasaan yang cukup. Perlu ada pemahaman bahwa tindakan politik yang diilhami oleh nilai-nilai keugaharian dapat membawa perubahan yang positif dalam masyarakat.
Kesederhanaan dalam kepemimpinan politik dapat membuka jalan untuk keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan. Ugahari menjadi panggilan untuk melibatkan nilai-nilai spiritual dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam keputusan politik yang mendefinisikan arah bangsa.
Dengan menggandeng spiritualitas keugaharian, proses persidangan dibawah masuk pada pendewasaan dan pertumbuhan rohaniah. Keugaharian menjadi jalan menuju kehidupan yang lebih bermakna, tidak hanya untuk individu, tetapi juga untuk masyarakat dan negara secara keseluruhan.
Sebagai pandu sidang MPL PGI, perjalanan kami di Mentawai tak hanya mengenalkan dinamika persidangan gereja tetapi juga mengenal dan belajar banyak hal tentanag budaya lokal dan spirit ugahari yang membangkitkan semangat.
Terima kasih Gereja Protestan Maluku (GPM) dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) atas kesempatan menjadi pandu yang tak terlupakan. Pengalaman ini membuka mata kami pada keindahan keberagaman dan kedalaman spiritualitas, menjadi pelajaran hidup yang berharga. Semoga perjalanan ini tetap menyala sebagai cahaya inspirasi dalam mewujudkan persatuan dan keadilan di dalam dan luar gereja.
Surah Sabeu, GPM dan PGI, atas perjalanan rohaniah yang mendalam dan penuh makna ini.(*)
IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi