Oleh: Inggrid Enjel Lesnussa (Peserta Lomba Cipta Puisi HUT ke-77 Provinsi Maluku)
Dari timur mentari itu terbit, dengan cahaya yang selalu menyinari menyampaikan bahwa Maluku itu indah bagaikan permata yang selalu tertatap dengan mata, bahwa tanah maluku pono dengan sejuta pijakan rindu. Saat katong tau Maluku itu sejuk seperti air yang dapat menyejukan hati, bagaikan aliran kehidupan yang selalu membendung rindu, seperti embun yang hadir di pagi hari dan selalu menetes membasahi tanah, memberikan tanda bahwa tiada taranya saat keringat yang keluar dari dalam tubuh akan menumbuhkan suatu kesuburan, mengambarkan bahwa Maluku itu karas deng kerja karas diatas kata-kata kebijaksanaan.
Karena katong itu seng lombo macam kertas, lalu menghilang tampa ada bakas, tapi balaga par tahan galas yang nanti orang bilang katong seng ada klas. Jikalau keiklasan membutuhkan kebaikan par ciptakan siasat, demi perjuangan yang seng sia-sia. saat nyawa yang dipertaruhkan demi menjadi petarung masa depan, di saat dambaan jiwa seng menjadi seorang bidadari yang terus berlari dalam pelarian, jika seorang pria itu adalah tanah dimana ia berasal dan selalu tertanam dalam diri, jika tanah Maluku adalah tempat dimana katong dihasilkan dan dilahirkan.
Baca Juga: Kisah dari Madras
Tanah air beta itu Maluku, dari tanah beta dilahirkan dan dari air beta dihidupkan. Jika air maupun tanah salah dilakukan sering mengakibatkan bencana yang seng direncanakan, biking cuaca barasa dinging saat curah hujan mau curhat tentang kecurangan manusia yang seng mampu menjaga setiap ciptaan Tuhan, yang harus dijaga dengan seorang penjaga.
Jika katong seng memahami apa makna amanat deng menyebutkan Maluku itu tanah air beta, saat dimana bintang itu selalu bersama-sama memancarkan cahaya dengan saling percaya bahwa suatu dambaan yang ada didalam hati, demi memilki rasa damai tampa ada dendam. Tanah malaku biking katong badangsa deng badonci par sama-sama iko berlomba dan terus meloncat seperti lumba-lumba yang selalu berjuang melewati ombak, karena orang Maluku itu berhati seperti domba, di saat dompet itu barasa kosong lalu pura-pura polo sudara padahal jaga basambunyi macam kura-kura di saat dompet itu akang pono.
Baca Juga: Rumah Beta Maluku
Kesejukan dari rimbunnya pohon dengan memancarkan kehijauan yang menghingap di setiap benak dan pemikiran katong par tetap berpegang dengan nurani hati, di atas dasar kemurnian, bagaikan minyak yang mampu menyirami kehidupan dengan beriring-iringan di setiap irama-irama music, jika itu adalah identitas Maluku, yang selalu identik dengan musik yang selalu berbunyi di setiap detik memberikan rasa sukacita par katong yang sedang berusaha mengapai cita-cita di atas tanah Maluku yang katong cinta.
Dari tanah Maluku telah melahirkan berbagai mata air, dengan berbagai karya yang selalu menyala-nyala dari suatu kenyataan yang nyata, jika Maluku itu kaya dengan sejumblah budaya dengan suatu tubuh yang tetap bernyawa. Wahai udara yang terasa wangi, bagaikan bunga mawar yang sedang menawan hati, dengan rupawan menunjukan orang Maluku itu hitam manis macam manggis deng aroma rasa yang seng bisa dibayangkan dalam suatu khayalan, seakan-akan mau bilang par katong biar hidop cuman makan baras raskim, tapi katong tetap ada rasa hidop orang sudara. Meskipun katong ini bukan seorang saudagar yang sedang berdagang tapi katong selalu berpegang tangan par terus mendayung saat payung dijadikan pelindung saat hujan, maka katong jadikan parang dan salawaku sebagai pelindung.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi