
Karena kelelahan perjalanan di hari pertama itu, saya harus melewati malam tanpa memberi kabar kepada keluarga.
Ahhhh…. ternyata tak selamanya sesuatu yang indah itu sempurna. Tata desa yang rapih dengan infrastruktur yang cukup memadai, tapi tidak diimbangi dengan akses komunikasi yang baik.
Ketika malam di hari berikut menghampiri, saya bersama para peserta yang lain harus menikmati satu lagi suasana, yang tidak kami dapati di tempat lain.
“Kunang-kunang di Pantai Salamahu” kelakar kami. Ketika cahaya handphone berkerumunan menghiasi gelapnya malam, disertai suara deburan ombak menemani setiap peserta, untuk berjuang mencari signal agar dapat berkomunikasi dengan keluarga dan orang dekat.

Senyum dan tawa geli mewarnai suasana malam hari kedua di Negeri Salamahu ini. Sebab beberapa diantara kami, yang sedang asyik mengobrol lewat gadget masing-masing, tiba-tiba terputus. Pesan yang muncul pada layar HP, “Mengubungkan Ulang”.
Kondisi ini bisa terjadi berkali-kali. Apalagi ketika sedang asyik berbicara, lalu tanpa sadar melangkah bergeser dari posisi semula.
Malam semakin larut, udara semakin dingin, Kamipun pulang ke rumah masing-masing. Suasana ini harus saya lewati tiga malam, sepanjang berada di Salamahu.
Dalam perjalanan pulang saya melewati sebuah fasilitas pendidikan Sekolah Dasar. Dalam hati saya bertanya bagaimana dengan nasib 42 siswa SD yang harus menempuh pendidikan di tengah perkembangan regulasi Kurikulum Merdeka Belajar, yang sungguh-sungguh membutuhkan layanan dan akses internet ini?(*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi