Beliau tahu nama saya, karena sebelumnya saya membuat surat permohonan memberikan kata sambutan untuk buku “4, 5, 6: Spiritualitas Pengabdian Adex Yudiswan”. Buku ini berkisah tentang pencarian pesawat Aviastar yang hilang kontak dalam penerbangan Masamba ke Makassar, 2 Oktober 2015. Personel Polres Luwu dan warga akhirnya menemukan bangkai pesawat dan semua korban yang sudah jadi abu di Gunung Bajaja, Desa Ulusallu, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, pada 5 Oktober 2015.
Beliau lalu menyampaikan akan membuat buku dan visi misi. Diungkapkan, pernah ada seorang wartawan yang buatkan buku, tapi tidak sesuai harapannya. Namun, sebelum bikin buku, beliau meminta saya membantu merapikan dan memperkaya visi-misinya. Rupanya, dokumen yang tadi dibawa Polwan, merupakan konsep visi misi yang akan saya rapikan. Sebab, dalam waktu dekat beliau akan mengikuti fit and propert tes calon Dirjen Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, di DPR RI, Senayan, Jakarta.
Saya diberi gambaran dan penjelasan apa yang menjadi visi-misinya. Saya lebih banyak menyimak, sambil sesekali melihat tangan beliau membuat catatan-catatan pada kertas di depannya. Beliau mewanti-wanti saya, jangan membocorkan informasi bahwa beliau akan maju ikut uji kepatutan dan kelayakan sebagai calon Dirjen.
“Kalau saya tidak lulus, nanti bisa jadi headline di koran. Bisa-bisa judulnya, Kapolda Sulselbar gagal jadi Dirjen hehehe,” terang Kapolda dengan gaya bercanda.
Pesan itu saya pegang. Setelah mendapat penjelasan lengkap, saya pamit dan langsung menuju Gramedia Mal Panakkukang. Saya butuh referensi. Di toko buku itu, saya membeli 3 judul buku yang berkaitan dengan kajian sosiologi jalan raya, sejarah jalan raya pos Anyer-Panarukan yang dibangun Daendels, dan salah satu buku karya Ignasius Jonan.
Selang dua hari, saya dihubungi AKBP Pria Budi, menanyakan perkembangan visi misi Kapolda. Kepada beliau saya sampaikan, masih membaca buku-buku yang relevan. Saya masih mengkaji, belum merumuskannya dalam visi misi. Sekira empat hari, baru visi misi itu saya rampungkan, yang dikirim melalui e-mail.
Tak sampai sebulan, ada telepon masuk dari Polda. Kali ini, yang menghubungi saya Polwan, salah seorang Sespripim. Ketika bertemu kembali dengan Kapolda Pudji Hartanto, beliau menyampaikan terima kasih atas bantuan saya. Beliau bersyukur karena lulus dalam uji kepatutan dan kelayakan sebagai Dirjen Perhubungan Darat.
Beliau memperlihatkan aneka produk turunan dari visi misinya. Saya kagum dan tak menyangka, kalau beliau begitu kreatif. Visi misi itu diterjemahkan dalam bentuk stiker, brosur, notebook, pulpen, hiasan kulkas, dan pin yang bertuliskan “Insya Allah Bersama Kita BISA”. BISA ini singkatan dari briliant, inovative, speed, dan accountable. Cara ini membuat visi misinya lebih mudah tersosialisasikan.
Hari itu juga beliau memberikan honor kepada saya, yang sudah membantunya mengemas visi misinya sebagai calon Dirjen. Honor itu ditaruh dalam amplop khusus warna coklat silver dengan gambar 2 bintang di depannya. Amplop dari jenderal bintang 2 itu masih saya simpan sebagai kenang-kenangan.
Setelah urusan visi misi selesai, beliau melanjutkan dengan rencana pembuatan buku. Beliau sendiri yang memberi judul: “Kenapa Makassar?” Menurut beliau, buku ini perlu karena akan memberi gambaran mengapa berita tentang Makassar di stasiun televisi nasional lebih dominan tentang aksi-aksi demonstrasi, terutama dilakukan mahasiswa. Padahal, ada banyak aspek menarik dari daerah ini yang patut diangkat.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi