Jalan yang sulit terbentang di depan Indonesia. Dihadapkan pada kesempatan langka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Indonesia masih memiliki masalah-masalah besar yang harus dipecahkan.
Oleh: Werry Darta Taifur – Universitas Andalas
Keragaman penduduk Indonesia memunculkan perbedaan tingkat ekonomi di seluruh provinsi. Arabic Quarter – Surabaya oleh Axel Drainville. CC BY-NC 2.0 DEED/Flickr
Indonesia, yang dulunya merupakan salah satu negara dengan kekuatan manufaktur terbesar di dunia, sedang menghadapi deindustrialisasi ‘awal’ menurut ekonom Indonesia Ahmad Heri Firdaus.
Manufaktur menyumbang 27,7% dari aktivitas ekonomi pada tahun 2000, tetapi pada kuartal kedua tahun 2020, angka tersebut telah turun menjadi 19,8%. Ini hanyalah salah satu dari banyak faktor yang menghambat peluang Indonesia untuk mengangkat perekonomiannya ke liga besar.
Ketika proporsi penduduk usia produktif (15-65 tahun) lebih besar daripada penduduk usia tua dan muda, negara memiliki peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
Contohnya adalah meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mengeksplorasi potensi ekonomi menjadi kenyataan, dan meningkatkan daya saing bangsa, ekonomi negara tersebut akan melonjak, karena para pekerja menjadi lebih terampil, berpenghasilan lebih tinggi, dan membelanjakan uang mereka.
Kesempatan ini jarang terjadi karena seiring dengan bertambahnya usia penduduk usia kerja, jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia meningkat, relatif terhadap jumlah tanggungan. Jika sebuah negara tidak cepat memanfaatkan peluang ini, maka negara tersebut akan kehilangan kesempatan, yang berarti jalan menuju kemakmuran menjadi lebih panjang, lebih lambat dan lebih sulit.
Usia kerja penduduk Indonesia akan mencapai proporsi tertinggi pada tahun 2020-2030, membuka peluang bagi Indonesia untuk meraup apa yang disebut sebagai ‘bonus demografi’. Namun, momen untuk memanfaatkan peluang ini tidak sama di semua provinsi.
Sejak tahun 2014, Indonesia telah mengelompokkan provinsi-provinsi berdasarkan panjangnya peluang bonus demografi: tidak ada, pendek, atau panjang. Pengelompokan ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa perubahan struktur penduduk dan kejadian bonus demografi tidak sama di setiap provinsi.
Terdapat perbedaan dalam hal tingkat kesuburan dan mobilitas penduduk. Provinsi-provinsi dengan tingkat migrasi keluar yang tinggi, seperti Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Timur, mengalami bonus demografi dalam waktu yang singkat. Provinsi-provinsi di Indonesia Timur masih memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Provinsi yang mengalami migrasi keluar dan tingkat kesuburan yang tinggi akan memiliki struktur penduduk yang lebih banyak usia tidak produktif daripada usia produktif.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi