NasionalPendidikan & KesehatanPerempuan & Anak

Ada Tiga Antigen Vaksin Tambahan pada Imunisasi Lengkap

potretmaluku.id – Pneumonia dan diare merupakan dua dari lima penyebab tertinggi kematian balita di Indonesia yang dapat dicegah dengan imunisasi PCV dan Rotavirus.

Imunisasi PCV telah diberikan sejak 2016 hingga 2021 dan mencakup seluruh kabupaten/kota di Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Barat (NTB) serta beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan pada 2022, cakupan imunisasi PCV diperluas secara nasional dan diberikan dua kali saat anak berusia 0-11 bulan dan satu kali saat anak usia 12-24 bulan.

“Sementara itu, pemberian imunisasi Rotavirus (RV) direkomendasikan sebanyak 3 kali, yakni saat bayi berusia 2, 3 dan 4 bulan, guna memberikan perlindungan yang tinggi dan merata,” kata Maxi seperti yang dikutip InfoPublik Kamis (15/2/2024).

Imunisasi RV sudah diberikan pada 2022. Awalnya, imunisasi RV mencakup 21 kabupaten/kota di Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur.

Kemudian Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Namun, untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian akibat diare, Kementerian Kesehatan memperluas pemberian imunisasi RV di seluruh Indonesia sejak 2023.

“Introduksi imunisasi Rotavirus memang sudah dilakukan sejak 2022, namun kita lakukan pencanangan dan perluasan secara nasional,” kata Maxi.

Perlindungan Polio Dosis Kedua

Untuk perlindungan anak dari polio, Kemenkes melakukan pemberian tambahan imunisasi polio suntik atau IPV (Inactivated Poliovirus Vaccine) dosis kedua sejak 2022 di tiga provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

“Pada 2023, IPV diperluas secara nasional. IPV dosis kedua untuk memperkuat perlindungan dari polio,” kata Maxi.

IPV dosis kedua diberikan pada usia sembilan bulan bersamaan dengan imunisasi campak rubella. Secara bertahap, ada penambahan dosis kedua imunisasi IPV atau IPV2 ke dalam jadwal imunisasi rutin sehingga jumlah pemberian imunisasi rutin polio menjadi enam dosis.

Kombinasi enam dosis ini meliputi empat dosis imunisasi polio tetes (OPV) dan dua dosis imunisasi polio suntik (IPV). Hal ini sesuai WHO dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesia Technical Advisory Group of Immunization/ITAGI).

Maxi mengatakan WHO merekomendasikan kombinasi empat dosis bOPV (bivalent Oral Polio Vaccine) disertai 2 dosis IPV.

Imunisasi polio tetes diberikan pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan. Pada usia empat bulan, bayi diberikan juga vaksin Polio suntik (IPV). Imunisasi polio suntik pada usia empat bulan diberikan bersamaan dengan imunisasi DPT-HB-Hib.

Imunisasi polio suntik diberikan di paha kiri sedangkan imunisasi DPT-HB-Hib di paha kanan serta harus menggunakan alat suntik yang berbeda. Berikut ini jadwal imunisasi polio lengkap dalam program nasional.

Usia 1 bulan: imunisasi polio tetes (OPV1), Usia 2 bulan: imunisasi polio tetes (OPV2), Usia 3 bulan: imunisasi polio tetes (OPV3), Usia 4 bulan: imunisasi polio tetes (OPV4) dan polio suntik (IPV1), dan Usia 9 bulan: imunisasi polio suntik (IPV2).

Lindungi Anak dari Kanker Serviks

Kanker serviks atau leher rahim merupakan kanker yang bisa dicegah dengan imunisasi HPV. Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes, lebih dari 103 juta perempuan berusia 15 tahun ke atas di Indonesia berisiko terkena penyakit kanker serviks.

Maxi mengatakan vaksin HPV ini akan diberikan secara gratis dan sangat penting untuk melindungi anak perempuan dari kanker serviks atau kanker leher rahim. Tingkat kematian akibat kanker ini mencapai 50 persen karena mereka datang sudah terlambat.

“Imunisasi merupakan upaya yang paling murah. Kalau sudah kena kanker serviks sudah pasti mahal biayanya. Tolong sampaikan kepada masyarakat, terutama yang memiliki anak perempuan usia 11 dan 12 tahun, untuk segera memanfaatkan program pemerintah ini,” kata Maxi.

Selain itu, sekitar 36.000 perempuan terdiagnosis kanker serviks setiap tahunnya dan sekitar 70 persen diantaranya berada pada stadium lanjut. Angka kematian akibat kanker serviks pun tergolong tinggi, yakni sekitar 21.000 kematian pada 2020.

Sementara itu, data Globocan 2021 mencatat, terdapat 36.633 kasus kanker serviks di Indonesia dengan angka kematian yang semakin meningkat. Perluasan pencanangan imunisasi HPV untuk menjaga masa depan anak-anak perempuan Indonesia agar selalu sehat.(*/ASH)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button