Maluku Tengah

Dituduh Kongkalikong Saat Bentrok Kariu – Ory, Ini Penjelasan Kapolsek Haruku

potretmaluku.id – Pemberitaan terkait keberpihakan Kapolsek Pulau Haruku pada salah satu kelompok, saat konflik tapal batas di Ory Pelauw – Kariuw, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), dinilai tendensius.

Kepada potretmaluku.id, Rabu (02/02/2022), Kapolsek Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) AKP Subhan Amin menyatakan, tuduhan itu tidak benar.

Foto yang disebut-sebut terkait keberadaan dirinya dalam konflik tersebut, menurut Subhan, ketika itu dia bersama anggota Polsek hendak menjemput sekaligus melakukan penebalan (penambahan) personil yang ada di Kariuw.

Saat itu pun dirinya memerintahkan semua anggota yang menjaga keamanan di Kariuw, yakni 3 anggota Brimob Polda Maluku, 5 personil Sabhara Polda Maluku, dan 9 personil Polsek Pulau Haruku, untuk melakukan pengamanan.

“Jadi, pada saat itu saya dan Kanit Intel yang terlihat pada, masuk ke Kariuw mengunakan sepeda motor. Bersamaan dengan anggota Polsek yang lain, serta Pak Danramil dan anggota TNI [tidak terlihat dalam foto],” ungkapnya.

Ketika itu, lanjut Subhan, semua anggota Pos Kariuw turun dari arah gereja, dan bersama-sama semuanya menghalau massa yang datang dari arah Ory.

“Saya melakukan negosiasi ke pihak massa, agar tidak melakukan pembakaran atau pengrusakan di sekitar  gereja,” jelasnya.

Selang berapa menit, kata Subhan, terdengar suara teriakan dari anggota bahwa Briptu Faisal terkena.

“Seketika saya bersi keras agar massa mundur, dengan memberikan tembakan peringatan ke arah massa. Sehingga mereka mundur, dan saya bersama anggota TNI Pos PAM Arhanud Pelauw yang ada di situ, berusaha menolong Briptu Faisal. Meskipun kami dihujani peluru dari arah atas pemukiman Kariuw di areal bangunan tanah kosong, yang dari arah Pelauw Kariu sebelah kanan sebelum gereja,” bebernya.

Ditanya soal jabat tangan dengan orang yang diduga oknum perusuh, Subhan menjelaskan, dirinya mengucapkan terima kasih atas bantuan orang tersebut mengeluarkan motor yang terjebak. Mengingat posisi awal anggota berada di perbatasan dengan mengendarai motor.

“Sementara di depan saya itu Kanit Intel [terlihat pada foto], yang juga berjuang untuk meminta masa turun,” tutur Kapolsek.

Dirinya dan korban, yakni Faisal, sempat tertahan sekira 2 jam, baru bisa evakuasi. “Jadi semua ini fitnah dan saya bersiap untuk diperiksa,” tadasnya.

Subhan menegaskan, pemberitaan mestinya harus ada cek dan ricek. Dimana, tidak hanya berpatokan pada foto yang ada. Karena foto memiliki bisa ditafsirkan dengan versi yang berbeda-beda.

Dia menyarankan, sebaiknya dalam pemberitaan diutamakan berpatokan pada Kode Etik Jurnalis, sehingga pemberitaannya menjadi berimbang dan menyejukkan untuk semua pihak.

Menurut Subhan, jurnalis memang ada sebagai fungsi kontrol dari pemerintah, namun semuanya itu berdiri di atas aturan, sehingga dalam menyajikan sesuatu tidak membangun opini sendiri tetapi sesuai fakta.

“Sekali lagi saya bersedia diperiksa jika memang ada kejanggalan terkait perjuangan saya di lapangan bersama anggota dit engah konflik. Satu hal yang penting untuk diingat sama-sama saling mengkritik yang membangun, menegur tapi jangan sampai mempermalukan dan menjatuhkan satu dengan yang lain,” harapnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol. Roem Ohoirat menjelaskan, Polda Maluku sendiri sangat menyesalkan pemberitaan salah satu media yang tidak cover both side, sehingga terkesan fitnah dan sangat menyudutkan.

“Benar pada saat itu ada Kapolsek, tapi beliau tidak sendiri. Dia bersama anggota di TKP dan berusaha menghalau massa,” kata Roem.

Roem membenarkan foto Kapolsek yang beredar tersebut. Foto itu diambil saat Kapolsek sedang berada di depan Gereja Eben Haezer untuk menghalau massa.

“Soal foto yang tersebar itu Kapolsek sementara berada di depan Gereja Eben Haezer dan menghalau masyarakat. Kapolsek juga meminta bantu masyarakat untuk mengamankan satu buah kendaraan dinas polisi. Kan ada masyarakat yang kasih rusak dan ada yang tidak. Jadi foto itu diambil saat masyarakat menyerahkan kunci motor ke Kapolsek,” jelasnya.

Menurutnya, foto yang diambil di depan gereja menandakan kalau Kapolsek bersama anggota berada di tengah Desa Kariuw. Mereka mencoba menghalau massa, dan terbukti salah satu anggota polisi terkena tembakan di daerah tersebut.

“Kami sangat menyangkan pemberitaan dari media Spektrum yang diduga tidak berimbang dan terkesan menyudutkan. Berita yang ditampilkan diduga tidak menerapkan kerja-kerja jurnalistik, salah satunya keberimbangan atau cover both side. Sehingga pemberitaan tersebut terkesan fitnah dan telah melanggar UU Pers maupun kode etik jurnalistik,” sesalnya.(WEH)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button