Kutikata

Dapor Ba’asap

Oleh: Eltom (Pemerhati sosial)

Katong ni karja mandi karingat yang penting par dapor ba’asap jua” (=kita bekerja keras demi sesuap nasi). Prinsip-prinsip itu sudah umum di semua masyarakat. Karena itu “jang cuma piara badang padahal tidor salimong pamalas” (=jangan hanya mau enak-enak saja padahal malas), sehingga setiap orang selalu terdorong untuk bekerja. Dan konsep “cari hidop” (=kerja/bekerja) sering ditautkan pada konsep “jadi orang/jadi manusia” (=menjadi orang yang berguna).

Panggilan untuk bekerja membuat orang tertentu “seng bisa dudu tado” (=berdiam diri), ia harus “bagara badang” (=bergiat) ~bukan “isi badang bagara“~ untuk melakukan pekerjaannya. Tujuannya adalah menyediakan sumber makanan untuk keluarga. Sehingga “biar karja sabarang-sabarang” (=kerja apa saja) yang penting “bini pung tungku manyala par bambang balangang aer panas” (=istri bisa memasak untuk makan keluarga) atau “pi maeng-maeng tangang di dusung jua par bini ana pung hidop hari-hari” (=bekerja di dusun demi hidup istri dan anak).

Konsep tentang kerja mendorong siapa saja untuk “mandi karingat” (=bergelut) dengan pekerjaannya.

Biasanya, bila kita kembali dari tempat kerja, sering ada pertanyaan: “ada bawa apa?” (=apa yang dibawa) atau “dapa apa?” (=apa yang diperoleh). Ini bukan soal materialisme, tetapi karena konsep kerja bagi kita menjelaskan ada hubungan antara “dusung deng lautan” (=tempat kerja) dengan “dapor/tungku” (=kebutuhan), sebab orang yang pergi bekerja dan yang tinggal di rumah juga menyatu, sehingga bila seseorang pulang kerja “balangang aer panas su ada par tuang papeda” sehingga ia bisa langsung makan.

Maka pertanyaan “ada bawa apa?” menjurus pada apa yang bisa dilakukan oleh “orang ruma”, dan orang yang baru pulang bekerja bisa “ambel napas sadiki dolo” (=beristirahat sejenak). Ini adalah konsep keseimbangan peran. Setelah jedah istirahat itu, ia sudah bisa langsung makan, karena sudah disiapkan. Jadi “makang dari karingat sandiri” atau “makang dari sapulu jare tangang kotor” (=makan dari hasil kerja sendiri).

Konsep “dapor ba’asap” merupakan bentuk keseimbangan peran antara “orang ruma” dan “yang pi karja“, dan “hasil karingat sandiri” yang menjadi simbol dari keseimbangan peran itu.

Sabtu, 10 April 2021
Kantor Sinode GPM, Jl. D.I. Panjaitan, Ambon


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button