Daeng Lawa Asal Takalar, sejak Kecil Kerja di Warung Coto Makassar (Bagian 1)

Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan)
Kamaruddin Daeng Lawa punya pengalaman komplit bekerja di warung Coto Makassar. Semua jenjang karier—sebagai pekerja—di warung Coto Makassar, pernah digeluti. Mulai dari tukang cuci piring, pelayan, membuat bumbu, hingga memotong daging, sudah dilakukannya.
Daeng Lawa bahkan pernah diajak temannya berkongsi mendirikan warung Coto Makassar di Surabaya. Namun, harapan punya usaha sendiri itu kandas. Hidup lelaki yang di masa kecil dipanggil Baso ini, ternyata tak segurih semangkuk coto yang piawai ia hidangkan.
Saya mengajak Daeng Lawa ngobrol panjang tentang perjalanan hidupnya selama bekerja di warung Coto Makassar. Kami berbincang, di warung Coto Tangkia, yang berada di Jalan Poros Galesong, Dusun Bonto Panno, Desa Paddinging, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, pada awal Desember 2024.
Dinamakan Coto Tangkia, kata Daeng Bantang, pemiliknya, karena posisi warung ini berada tepat di seberang jalan pintu irigasi yang mengairi sawah-sawah warga setempat. Selain Coto Tangkia, sepanjang ruas jalan ini terdapat belasan warung Coto Makassar.
Kami duduk berhadapan. Di atas meja panjang, sudah tersedia ketupat dan burasa yang diletakkan di atas piring plastik. Orang biasa makan Coto Makassar memang tidak dengan nasi atau lontong, tapi dengan ketupat yang dibungkus daun pandan atau burasa yang dibungkus daun pisang.
Pemilik warung juga menyediakan sambal, kecap, jeruk, garam dan vetsin, yang bisa ditambahkan sendiri oleh pelanggan, sesuai seleranya. Air mineral dalam kemasan gelas juga disediakan.
Sengaja saya memilih warung Coto Makassar sebagai tempat ngobrol, biar aroma makanan berkuah yang kaya rempah itu bisa kembali membawa kenangannya pada pekerjaan lamanya.
Maklum, dia terakhir bekerja di warung Coto Makassar pada tahun 2016. Daeng Lawa pertama kali bekerja di warung Coto Makassar, begitu berhenti sekolah, pada saat dia baru duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Itu sekira awal tahun 1990. Artinya, lebih dua dekade dia bersentuhan dengan para pelanggan Coto Makassar.
Daeng Lawa lahir di Pattingalloang, Desa Bonto Kassi, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, pada tanggal 15 Mei 1983. Dia merupakan anak pasangan Tasse Daeng Tekne (Ibu), dan Daeng La’bang (Bapak). Daeng Lawa mengungkapkan bahwa dia terlambat masuk sekolah. Kira-kira umur 10 tahun, baru dia masuk kelas 1 di SD Negeri Bonto Panno.
Perkawinan Daeng Te’ne dan Daeng La’bang sayangnya tak berumur panjang. Kedua orangtuanya itu bercerai, saat dia baru di kelas 1 SD. Dia kemudian tinggal dengan ibunya.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi