Cerita-cerita Lucu dan Menarik dari Musik
Oleh: Ronny Loppies (Direktur Ambon Music Office dan Focal Point Ambon UNESCO City of Music)
Not Setengah dibulatkan
Satu kelompok paduan suara yang baru terbentuk, sementara berlatih lagu baru menggunakan notasi angka.
Sang pelatih yang masih baru dalam dunia paduan suara, kelihatan dengan mudahnya mengajarkan setiap not-not angka kepada anggota paduan suaranya, tanpa menemui kesulitan.
Dalam partitur notasi angka, bila not angka diberi garis memotong atau dicoret dari kiri bawah ke kanan atas, atau dari kiri atas ke kanan bawah merupakan tanda untuk menurunkan atau menaikkan setengah nada. Sebagai contoh not 1 (di), 2 (ri), 4 (fis), 5 (sel), 6 (le) dan sebaliknya.
Membunyikan not-not ini membutuhkan waktu dan fokus untuk melatih ketepatan bunyi.
Semua orang yang sering berlatih paduan suara pasti tahu persis akan hal ini. Namun agak luar biasa dengan paduan suara ini, dengan anggota-anggotanya yang juga baru berpaduan suara.
Mereka bernyanyi dengan mudah dan yakinnya serta sangat lantang dalam membunyikan setiap not, dan pelatihnya juga terlihat sangat aman-aman saja dalam mengajarkannya.
Kemudian baru diketahui kenapa begitu gampang proses latihan ini berjalan. Karena sang pelatih memberikan instruksi awal kepada semua anggota paduan suaranya bahwa semua not-not setengah: “dibulatkan saja!”.
Maka yang pasti akan muncul pertanyaan berikutnya adalah angka ini dibulatkan ke atas atau ke bawah?. Inikah hubungan antara musik dan matematika?
Not salah dicoret
Masih dengan not-not yang diberi garis atau coretan untuk menaikkan/menurunkan setengah nada, dalam latihan paduan suara.
Satu paduan suara (yang pasti bukan paduan suara yang diceritakan sebelumnya), sementara berlatih menggunakan notasi angka. Namun ketika didengar baik-baik maka lagu tersebut seperti terputus-putus, dalam membidik dan membunyikan not-not yang ada dalam partiturnya.
Lagu menjadi hancur lebur dan sangat tidak jelas. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Ternyata ini penyebabnya: not-not yang diberi tanda garis atau coretan tadi “disangka salah!, maka dicoret”.
Sehingga pelatih menginstruksikan kepada anggota paduan suaranya, untuk tidak perlu menyanyikan not-not tersebut. Luar biasa! Ini sudah pasti berdosa terhadap penulis lagu dan aranjer lagu tersebut.
Semua nada sama saja
Sekelompok remaja diaudisi untuk direkrut menjadi anggota paduan suara. Dengan antusias mereka datang dan mengikuti audisi yang dilakukan langsung oleh sang pelatih.
Sebagai tes awal, sang pelatih menanyakan kepada mereka, apakah mereka masing-masing bisa membaca not angka? Semua menjawab dengan sangat yakin bahwa mereka bisa membaca not angka.
Selanjutnya sang pelatih menyodorkan sebuah partitur lagu dalam notasi angka untuk menguji kemampuan mereka dalam membaca not.
Apa yang terjadi? Mereka semua menyanyikan not-not d idalam lagu tersebut secara datar saja tanpa membedakan tinggi rendahnya not, dan sudah pasti termasuk tanda-tanda musik lainnya.
Karena mereka mengetahui pasti bahwa 1 artinya do, 2 artinya re, 3 artinya mi, 4 artinya fa, 5 artinya sol, 6 artinya la, 7 artinya si.
Kasihan sekali Guido D’Arezzo asal Prancis yang sudah bersusah payah pertama kali menciptakan notasi angka, dalam sistem penulisan lagu. Bahwa masing-masing angka memiliki simbol dan volume yang berbeda dalam penggunaannya.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi