Maluku Barat Daya

BRIN Teliti Adaptasi Tradisi Lisan di Pulau Masela Maluku Barat Daya

potretmaluku.id – Peneliti dari Pusat Riset Manuskrip Literatur dan Tradisi Lisan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan akademisi dari Universitas Pattimura melakukan penelitian di Pulau Masela, Maluku Barat Daya.

Para peneliti dari BRIN ini, terdiri atas Helmina Kastanya selaku ketua tim, As Rakhmad Idris, Atisah, dan Diah Meutia Harum. Adapun dari akademisi Universitas Pattimura yaitu Mariana Lewier, Falantino Latupapua, dan Romelos Untailawan.

Keterangan yang diterima redaksi potretmaluku.id dari pihak Tim Peneliti BRIN ini menyebutkan, penelitian bertema adaptasi tradisi lisan sebagai salah satu upaya konservasi alam ini, dilakukan sejak 11 Agustus hingga 30 Agustus 2023, di Pulau Masela, Maluku Barat Daya.

Untuk mencapai lokasi penelitian, tim penelitian menempuh perjalanan selama kurang lebih dua hari. Perjalanan ditempuh melalui udara dari Kota Ambon menuju Saumlaki. Setelah bermalam di Saumlaki, tim melanjutkan perjalanan menuju Pulau Masela yang ditempuh dengan kapal laut Sabuk Nusantara 34 selama dua belas jam.

Kedatangan tim peneliti dijemput langsung oleh Cost Aswaly, selaku Camat Pulau Masela. Kesempatan berada di Pulau Masela juga dimanfaatkan tim untuk turut hadir bersama masyarakat merasakan kekhidmatan upacara peringatan HUT Republik Indonesia di pulau terluar di Indonesia.

Kegiatan pengumpulan data yang dilaksanakan selama dua puluh satu hari ini diisi dengan kegiatan forum diskusi terpumpun dan wawancara bersama narasumber yang berasal dari akademisi dan tetua adat dari Pulau Masela.

Pada forum diskusi terpumpun, masyarakat yang diwakili oleh kepala desa bertukar pikiran dan memberikan data awal pada tim peneliti BRIN dan Universitas Pattimura.

IMG 20230826 WA0029

Selanjutnya, tim peneliti mendatangi beberapa lokasi, seperti Desa Noura, Desa Babyotan, Desa Marsela, dan Desa Iblatmuntah.

Helmina Kastanya sebagai ketua tim riset menjelaskan bahwa penelitian ini rencananya dilakukan dalam kurun waktu dua tahun. Riset ini bertujuan menawarkan model adaptasi tradisi lisan yang dapat digunakan  oleh masyarakat sebagai strategi atau bentuk negosiasi masyarakat adat dalam menghadapi dampak lingkungan akibat pengelolaan proyek Blok Masela.

Mariana Lewier, anggota tim yang berasal dari Universitas Pattimura mengungkapkan bahwa masyarakat Pulau Masela, sebagai masyarakat yang bermukim di  wilayah Maluku Barat Daya, memiliki tradisi dan budaya yang khas dengan latar kondisi geografis yang sebagian besar dilingkupi laut.

Salah satu budaya yang ada di Pulau Masela adalah tradisi nyanyian adat Tyarka yang menjadi sarana komunikasi. Komunikasi tersebut ditujukan secara vertikal dengan leluhur dan Tuhan juga secara horizontal antarsesama atau antarkampung.

Cost Aswaly, selaku Camat Pulau Masela dalam sambutannya pada acara forum diskusi terpumpun menyatakan bahwa Pulau Masela adalah pulau yang dekat dengan kawasan migas abadi. Oleh sebab itu, ia berharap Pulau Masela menjadi wilayah yang penting untuk diperhatikan dalam berbagai aspek pembangunan. Terlebih Pulau Masela merupakan salah satu pulau terluar wilayah Indonesia yang berbatasan dengan Australia.

Tujuan akhir dari penelitian ini selain menghadirkan model adaptasi tradisi lisan terhadap lingkungan juga diharapkan dapat memberi kontribusi kepada semua pihak yang bergerak di bidang konservasi alam dan pelestarian budaya di Pulau Masela dan sekitarnya.(*/TIA)

 

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button