Pendapat

Banda Naira adalah Maluku, Maluku adalah Banda Naira

PPENDAPAT

Bahkan partai politik yang pernah di pimpin Bung Harmoko ini, tidak mengantungkan nasibnya pada figuritas populer kharismatik layaknya PDI Perjuangan, Nasdem, Demokrat, PKB dan Gerindra. Siapapun figur yang menjadi Ketua DPP Partai Golkar dan lantas turun dari jabatannya, partai ini tetap stabil, dimana tidak terjadi huru-hara politik secara berkepanjangan dan alot.

Ini dibuktikan dengan banyaknya pemilih, yang sering memilih partai ini dalam tiap kali Pemilu yang dihelat.

3) Legitimasi partai dan Pemilu, dimana Partai Golkar selalu bersanding dengan siapapun partai pemenang Pilpres, untuk duduk dalam jabatan-jabatan di pemerintahan seperti sebagai menteri dan wakil menteri, serta jabatan-jabatan strategis lainnya setingkat menteri.

Berikutnya 4) mengukur dan menguji partai-partai sebagai suatu organisasi, tentu Partai Gokar di bawah kepemimpinan Bahlil sudah terealisasi sebagai suatu organisasi partai politik modern. Hal ini dilihat dari kemampuan parftai politik berlogo pohon beringin ini merealisasikan fungsi-fungsinya secara baik, untuk kepentingan publik di tanah air.

Relevan dengan itu, Scott Mainwaring dan Timothy Scully di Building Democratic Institutions (1995), mengusulkan empat kriteria melihat tingkat institusionalisasi dalam sebuah sistem kepartaian. Pertama stabilitas dalam kompetisi antar-partai, kedua dalam hal apakah partai berakar dalam masyarakat, ketiga adalah legitimasi partai dan pemilu dalam menentukan yang tepat untuk memerintah, dan keempat adalah mengukur dan menguji partai-partai sebagai suatu organisasi.

*

Oleh karena itu, figur Bahlil yang sering dipolemikan identitasnya tak berkesudahan. Pasalnya ada yang beranggapan ia dari Papua, Maluku, dan Sulawesi Tenggara. Jelasnya Bahlil bukanlah seorang figur ”naturalisasi”. Pasalnya Bahlil lahir di Banda Naira, menemupuh pendidikan SD di Banda Naira hingga letusan Gunung Api Banda tahun 1988.

Bahlil dan kelaaurganya pun hijrah ke Pulau Geser Seram Timur dan di pulau mungil itu ia melanjutkan pendidikannya. Hingga kemudian ia hengkang ke Fak-Fak untuk melanjutkan pendidikan SLTP, dan SLTA di kabupaten berjuluk Kota Pala itu. Selanjutnya ia mengeyam pendidikan tinggi pada salah satu perguruan tinggi di Kota Jaya Pura yakni, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay.

Pointnya adalah identitas Bahlil suka atau tidak suka, dia adalah putra terbaik Banda Naira, Maluku. Sehingga dalam perpektif geo politik bisa digambarkan dengan kata-kata bahwa, ”Banda Naira adalah Maluku, Maluku adalah Banda Naira”.

Tanpa Banda Naira dalam peta Kepulauan Maluku, maka tentunya seluruh peradaban kebudayaan dan agama-agama samawi/Abrahamic (Islam, Katolik&Protestan) besar, yang berasal dari Asia Barat dan Eropa Barat di Maluku tidak akan ada, dan kita anut.(*)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2

Berita Serupa

Back to top button