Maluku Tengah

Atraksi Baku Pukul Manyapu, Aset Pariwisata Unik dari Maluku

potretmaluku.id – Atraksi Baku Pukul Manyapu atau Pukul Sapu Lidi, adalah aset pariwisata unik dan istimewa dari Desa Mamala dan Morela, di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku TengahKabupaten Maluku Tengah, yang tidak ada di tempat lain.

“Karena itu, atraksi ini perlu dikemas dalam kreasi dan inovasi yang semakin menarik, agar menjadi lebih terkenal dan diminati oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara, ” ujar Penjabat Sekretaris Daerah Maluku Sadali Ie, saat menghadiri acara adat Pukul Sapu Lidi di Negeri Morela dan Mamala, Senin (09/05/2022).

Asal Mula Baku Pukul Manyapu

Tradisi yang dikenal oleh warga setempat dengan nama Ukuwala Mahiate yang berarti Pukul Sapu. Di Maluku orang biasanya menyebutnya dengan nama Baku Pukul Manyapu atau beradu pukul menggunakan sapu lidi yang berasal dari batang ranting pohon aren.

Tradisi Baku Pukul Manyapu ini lahir sekitar tahun 1646. Kala itu Negeri Mamala dipimpin 3 pemuka masyarakat yaitu Uka Latu Liu, Patti Tiang Bessi, dan Imam Tuni sebagai pemuka agama.

Imam Tuni sendiri pindah dari Negeri Passo tahun 1517 karena diserang penjajah. Ia berasal dari Banten, Jawa Barat dengan bergelar Latu Sari.

Tiga (3) pemuka masyarakat itu bermufakat untuk membangun masjid pertama bernama Al-Muhibbin. Nama masjid pertama itu hingga kini masih digunakan.

Atas pemufakatan para pimpinan, masyarakat Mamala dikerahkan mengambil bahan bangunan berupa kayu panjang untuk tiang penyangga. Namun, saat hendak mendirikan masjid, salah satu kayu penyangga patah.

Patahnya kayu panjang itu membuat masyarakat bingung. Hingga akhirnya Imam Tuni bermunajat kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa untuk meminta petunjuk.

Di saat bermunajat, petunjuk datang meminta Imam Tuni membacakan salah satu ayat dalam Alquran, bersamaan dengan penggunaan minyak kelapa sebagai bahan ramuan.

Mimpi sang Imam disampaikan kepada 2 pemuka lainnya. Mereka sepakat melaksanakan petunjuk dengan mengoles minyak kelapa bersamaan dengan pembacaan ayat Alquran pada bagian kayu yang patah.

Setelah prosesi sesuai petunjuk dilakukan, kayu yang diolesi ramuan minyak tersebut ditutup menggunakan kain putih, simbol kesucian. Tak butuh waktu lama, saat kain putih diangkat, kayu tersebut tersambung seperti sedia kala.

Keberhasilan penyambungan kayu patah dengan minyak bernama Nyuwelain Matehu atau Minyak Mamala seperti petunjuk Imam Tuni juga bisa menyembuhkan luka patah tulang, keseleo, dan luka luka ringan.

Untuk menguji keampuhan minyak tersebut, tiga tokoh berpengaruh saat itu sepakat mencobanya kepada manusia. Tradisi Pukul Sapu kemudian digelar. Tradisi ini pertama kali dilakukan pada tahun 1545 Masehi.

atraksi baku pukul manyapu
Peserta baku pukul manyapu saat memasuki arena atraksi.(Foto: Biro Adpim Setda Maluku)

Selain menguji khasiat minyak Mamala, atraksi Pukul Sapu juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Tradisi ini dilaksanakan tepat pada pendirian masjid yaitu setiap tanggal 7 Syawal.

Baku Pukul Manyapu Jadi Agenda Wisata

Saat menghadiri atraksi Baku Pukul Manyapu Senin kemarin, Penjabat Sekda Sadali terlebih dulu menghadiri atraksi di Negeri Morela. Di arena pementasan, ia bersama Raja Negeri Morela Fadil Sialana dan beberapa para tokoh adat menyulutkan obor pertanda atraksi akan dimulai.

Selanjutnya, Sadali menghadiri atraksi yang sama di Negeri Mamala. Di sini, ia diberi kesempatan oleh panitia untuk memukul tubuh salah satu peserta atraksi dengan batang lidi ‘enau’ yang berukuran besar (lingkaran pangkal 0,5 cm dan bonggolnya selebar 3-5 cm), sebagai tanda dimulainya acara.

Sadali berharap agenda atraksi baku pukul manyapu ini akan terus menjadi agenda pariwisata nasional, yang mesti didorong dan dipromosikan secara lebih luas.

Ia menuturkan, acara adat Baku Pukul Manyapu atau Pukul Sapu Lidi adalah sebuah warisan budaya leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi. Acara ini menjadi berbeda dan sangat istimewa karena dilakukan pada hari ketujuh setelah perayaan Idulfitri, dan tidak ditemukan di daerah lain.

“Bahkan memiliki nilai historis berharga. Maka menjadi tugas dan kewajiban kita, untuk menjaga kewarisannya secara berkelanjutan kepada anak cucu masa kini dan depan,” kata Sadali.

Atraksi ini, kata dia, adalah warisan budaya para leluhur dengan nuansa keagamaan yang kental, merupakan nilai historis dan penjelmaan dari jiwa keberanian yang terus tertanam dalam karakter anak-anak Maluku pada umumnya, dan generasi Negeri Mamala dan Morela (Jazirah Leihitu) pada khususnya, dalam menjaga dan melestarikannya secara turun-temurun.

Semangat dan daya juang setiap peserta yang terlibat dalam atraksi, disebutnya, akan termotivasi untuk tetap bertahan sambil terus melakukan perlawanan di setiap kesempatan.

Menurut Sadali, sikap memaafkan dan berdamai di akhir atraksi ini, dapat dilihat saat setiap peserta akan saling membantu mengoles minyak (mengobati) pada luka di tubuh masing-masing.

Ini kata Sadali, bentuk keteladanan hidup yang harus terus diwariskan anak cucu, bahwa walau kita berbeda, hal itu menjadi lumrah dalam relasi sosial sebagai komunitas masyarakat.

“Di sini kita belajar bahwa ketika menghadapi persoalan, jangan mudah menyerah. Tetaplah bertahan dan semangat untuk mendapatkan hasil terbaik,” pungkasnya.

Di tempat yang sama, menurut Wakil Bupati Kabupaten Maluku Tengah Marlatu L. Leleury, Atraksi Pukul Sapu Lidi memiliki keunikan tersendiri.

Selain karena merupakan tradisi masyarakat di setiap tanggal 7 Syawal, acara ini juga menjadi pagelaran yang paling ditunggu-tunggu masyarakat Maluku termasuk wisatawan lokal dan mancanegara.

“Olehnya itu, atas nama pemerintah, kami menyampaikan penghargaan atas digelarnya kembali acara adat ini. Mudah-mudahan dapat menjadikan kita sebagai generasi yang tidak akan pernah melupakan sejarah, tradisi dan budaya,” kata Marlatu.

Acara ini dihadiri anggota DPR RI Saadiah Uluputty, Wakil Ketua DPRD Maluku Azis Sangkala, Danlantamal IX Ambon Said Latuconsina, sejumlah pimpinan OPD lingkup Pemprov Maluku, Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Maluku Tengah M. Bahrun Kalauw dan undangan lainnya.(*/TIA)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button