Anggota DPRD Maluku Minta Belajar Daring Dihentikan, Pemerintah Harus Siapkan Skema untuk PTM
BERSAMA LAWAN COVID-19
AMBON – Anggota DPRD Provinsi Maluku, Rovik Akbar Afifudin mengatakan, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Maluku sudah sepatutnya dilaksanakan.
Kata dia, vaksin Covid-19 untuk anak-anak dan remaja usia 12 hingga 17 tahun penting dilakukan, demi mempercepat PTM di sekolah. Terlebih vaksinasi untuk anak dan remaja di Maluku sudah dilaksanakan di Kota Ambon sejak awal Agustus kemarin.
“Vaksinasi terhadap anak dan remaja itu bisa berperan mempercepat pelaksanaan PTM,” ujar Rovik, Rabu (11/08/2021).
Menurut dia, vaksinasi terhadap anak dan remaja dilakukan oleh pemerintah untuk menunjang pelaksanaan PTM. Sebab, hampir 1,5 tahun tidak ada wahana pendidikan seperti pembelajaran tatap muka.
Hal itu, kata Rovik, sudah ditetapkan melalui SKB 4 menteri, supaya tidak kehilangan momen pembentukan karakter melalui dunia pendidikan.
PTM di sekolah memang didorong dengan cara vaksinasi bagi tenaga pengajar dan petugas di sekolah. Tapi dengan vaksinasi Covid bagi anak dan remaja, praktik PTM di sekolah bisa semakin dikebut untuk mencegah learning loss atau keadaan di mana siswa kehilangan minat belajar yang sangat berdampak pada pengetahuan dan keterampilan anak secara spesifik akan menurun.
Dia menyebutkan, hilangnya minat belajar karena kurangnya intensitas interaksi dengan guru saat proses pembelajaran yang mengakibatkan penurunan penguasaan kompetensi peserta didik.
“Jadi sebaiknya belajar daring dihentikan, karena sangat tidak bermanfaat bagi anak didik kita. Pemerintah sudah semestinya menyiapkan skema untuk PTM, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat,” ungkapnya.
Politisi PPP Maluku itu menyebutkan, pembelajaran daring tidak efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa. Metode pendidikan daring tidak efektif, karena pendidikan tersebut hanya berpacu menuntaskan kurikulum dan tidak melihat situasi darurat.
Sementara guru pun tidak mau tahu situasi di rumah. Yang paling penting lagi adalah penilaian akademisnya. “Jangan cuma nilainya suka-suka diberikan guru, dan cenderung metode hanya dipindahkan dari sekolah ke rumah. Jadi belajar daring sudah harus dihentikan,” imbuh Rovik.(ZAI)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi