Penulis: Rusdin Tompo (warga Makassar kelahiran Ambon)
Kalau baku dapa orang, lalu dong tanya tinggal di mana, seng cukup hanya jawab: Air Putri. Karena, kadang, dong tanya lai, Air Putri itu di mana e? Ampong jua. Jadi, katong musti kasi tambahan penjelasan bahwa Air Putri itu letaknya antara Batu Gantung deng Wainitu.
Posisi Air Putri ini memang seperti “takurung“. Kalau lewat jalur angkot, trayek Air Salobar, orang akan lewati dolo Batu Gantung, lalu Air Putri, terus ke Wainitu, OSM, Benteng, kemudian Air Salobar. Kalau katong pas di Air Putri, lalu kasi menghadap muka ka Timur, maka katong akang melihat bebukitan yang ke arah Kuda Mati. Sedangkan, kalau bale blakang, ke arah Barat, atau menuju pante, katong akan ke Tana Lapang Kecil (Talake).
Beta sandiri seng talalu tau batas-batas pasti Air Putri itu sampai di mana saja. Katong menyebut sebagai orang Air Putri, karena memang di situ ada kali, yang namanya Air Putri. Hulunya ada di atas bebukitan menuju Kuda Mati, sedangkan hilirnya ke arah rawa-rawa yang dipenuhi pohon nipah, dekat Talake. Dolo, muara Air Putri ini bertemu dengan muara Air Wainitu. Belakangan, orang su bangun rumah di kawasan muaranya. Begitu juga di hulunya.
Katong tinggal di Air Putri sejak awal 70an. Jadi beta cukup tau perkembangan di situ. Kalau bicara Air Putri, maka musti katong bagi atas 2 periode. Yakni, periode sebelum ada Pasar Wainitu, dan setelah pasar itu dibangun. Nah, ale bayangkan saja. Pasar ini ada di Air Putri tapi pemerintah kasi nama akang Pasar Wainitu. Katong sandiri biasa sebut pasar ini deng nama pasar baru.
Beta mau carita do, sebelum ada Pasar Wainitu. Lokasi pasar ini tadinya dipenuhi pohon-pohon sagu. Seperti hutan. Di beberapa bagian agak berawa, mungkin karena efek aliran kali Air Putri. Kalau bajalang sadiki ka sebelah, maka katong akan masuki perkampungan yang dipenuhi pohon-pohon gandaria. Buah gandaria itu kulitnya tipis. Biasa dikupas pake pisau dari bulu (sembilu). Rasanya manis, tapi agak masam. Bijinya warna ungu. Makanya kalau orang Ambon bilang warna biji gandaria, itu maksudnya warna ungu.
Selain pohon gandaria, juga ada beberapa pohon durian. Pohonnya tinggiiiiii. Kalau pi mangaji lewat situ, beta jadi ingat pepatah, bagaikan mendapat durian runtuh hehehe. Ya itu karena kalau dipanjat, pasti butuh keahlian tertentu. Makanya, lebih baik menunggu durian runtuh. Pasti durian yang jatuh itu sudah matang. Di kampung yang banyak pohon gandaria itu, tinggal satu orang oma penjual sageru (tuak). Beta pung bapak, waktu masih sehat, sering minta beta pi beli sageru di situ. Sageru ditaruh dalam mug kaleng besar warna loreng.
Air Putri itu jalur kendaran menuju ke kota atau ke arah Air Salobar sampai ke Amahusu dan Latuhalat. Biasanya, jalur jalan itu digunakan untuk berbagai kegiatan. Kalau ada karnaval kendaraan dalam rangka HUT Kemerdekaan atau lomba gerak jalan untuk memperingati HUT Gereja Protestan Maluku (GPM), cukup nonton di pinggir jalan situ saja. Beta inga, nama jalan yang membentang di Air Putri ini adalah Jalan Prof Dr Siwabessy.
Di Air Putri ini ada pabrik sabun, kalau seng salah merek B29, posisinya dekat jembatan. Tak jauh dari situ ada dua sekolah dasar, masing-masing SD Negeri 7 dan SD Negeri 9. Kalau katong bajalang ke arah Batu Gantung, ada Gereja Emaus dan Radio Merpati. Di mukanya ada toko milik orang Tionghoa yang cukup lengkap. Lalu di sebelahnya ada pabrik es, yang begitu sibuk. Saat puasa atau lebaran, katong langsung beli es balok di sini. Tinggal bilang ukurannya, nanti petugas potong sesuai permintaan pembeli.
Sedangkan kalau ke arah Air Wainitu, ada bengkelnya om Han di sebelah jalan. Dolo di sebelah situ juga sempat ada Gereja Jehovah. Di depannya, ada tokonya om Randa, yang berada hampir di tikungan jalan. Lalu ada usaha jok mobil keluarga Gaspersz, kemudian pabrik pengepakan ikan, milik perusahaan Jepang, yang sudah lebih dekat ke Air Wainitu. Di belakang rumah keluarga Gaspersz ini biasa orang berlatih tinju. Meski itu bukan sasana tinju. Dolo, kalau sore, anak-anak kacil kadang diajak bertinju. Sarung tangannya berat. Satu kali kena pukul di muka, langsung jatuh.
Kacil-kacil itu katong pung tampa barmaeng di muka rumahnya om Talli. Antua ini orang Selayar, Sulawesi Selatan. Antua pung kintal cukup basar. Sagala permainan bisa dilakukan di situ karena akang pung permukaan tanah bagus. Bisa maeng asen, kasti, benteng, enggo, mutel (kelereng), bahkan maeng bola deng layang-layang juga bisa. Kalau hari panas, biasa katong siram kintal dolo baru barmaeng. Atau katong pi barmaeng di bawah pohon mangga basar, tepat di samping rumahnya om Randa.
Di Air Putri ini ada beberapa keluarga yang berasal dari Sulawesi Selatan. Selain katong, ada tanta Tanang, om Muhammadong, Daeng Tutu, Daeng Tompo, Daeng Damang, om Idrus, om Sangkala, Daeng Baddu, dan om Sila. Om Sila ini katong pung ketua RT, sedangkan ketua RK-nya adalah om De Jong. Di perkampungan yang banyak pohon gandaria juga ada beberapa warga asal Sulawesi Selatan.
Orang-orang Makassar dan Bugis ini kebanyakan sebagai pedagang. Dong jualan daging sapi dan ayam. Ada juga yang usahanya tukang speda. Setelah ada pasar, baru om Amir Andalas tinggal di situ. Antua ini boleh dibilang juragan angkot. Kebanyakan trayek Lin III. Mobil angkotnya gampang dikenali karena pake nama “Dewi”, yang diambil dari nama anaknya.
Pasar Wainitu itu tabage dua. Ada di sebelah utara kali Air Putri dan di sebelah selatan. Tujuan pasar ini dibangun, tadinya, supaya orang seng jauh-jauh harus ke kota balanja di Pasar Gotong Royong.
Tapi rupanya Pasar Wainitu ini seng berfungsi maksimal. Toko-tokonya seng samua terisi. Jualannya juga kurang beragam. Rata-rata berupa toko yang menjual bahan campuran. Ada juga warung makan. Di los-losnya orang jualan sayur. Itu yang di bagian utara, yang di selatan kebanyakan tidak terisi, kecuali los-los penjual ikan. Pagar pasar di bagian selatan ini langsung berhadapan deng katong pung rumah.
Pagar pasar ini tadinya sangat mengganggu. Karena tutup akses jalan warga. Makanya, warga pelan-pelan patah pagar-pagar besi itu satu demi satu. Jadi katong langsung bisa jalan ke pasar untuk pi blanja atau untuk barmaeng dan duduk-duduk di pasar.
Posisi pasar yang lebih tinggi dari katong pung rumah, dan beberapa rumah lain, cukup membantu. Pada saat hujan, biasanya katong evakuasi barang-barang ke los-los pasar yang berada tepat di muka rumah, supaya tidak terendam banjir. Sejak sedimen kali Air Putri makin tinggi, katong pung tampa tinggal jadi rawan banjir. Istilahnya banjir kiriman, yang cuma numpang lewat. Begitu hujan reda, air juga ikut surut.
Untuk antisipasi banjir ini, katong tembok di bagian depan pintu rumah, setinggi kira-kira 30 cm. Jadi kalau pun banjir, air seng maso rumah. Antisipasi lain, yakni katong tidur di lantai supaya begitu air masuk, langsung dapa rasa. Karena kalau seng, lemari dan barang-barang elektronik terendam air. Cara ini cukup membantu. Setiap kali banjir, dan air maso rumah, barang-barang dan kursi sofa bisa diungsikan ke pasar. Cuma, setelah itu harus karja keras. Timba air kasi kaluar dari rumah.
Makssar, 27 April 2021
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi