Kutikata

Undur Jao-jao

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)


Jang paskali manyampor deng orang yang tar mau turut prenta” (=jangan sekali-kali bergaul dengan mereka yang tidak mau menuruti perintah), “apalai yang biking macang di muka bumi nih tar ada atorang apapa satu lai” (=apalagi yang menganggap di dunia ini tidak ada aturan apa pun).

Kalu lia orang macang bagitu, undur jao-jao jua dari dia” (=bila anda mengetahui ada orang seperti itu, menjauhlah darinya), karena “tar untung hidop tar atorang la biking sagala hal iko suka” (=tidak ada untungnya hidup tidak tertib dan melakukan segala sesuatu menurut kehendak kita). “Laste-laste biking Tuhan parsis apoiong lai” (=pada gilirannya mereka bisa mempermainkan Tuhan). “Kira mangkali Tuhan tuh anana kacupeng alus yang dia bisa biking iko suka” (=mereka menganggap Tuhan seperti anak kecil yang mudah dipermainkan).

Undur jao-jao, undur deng tempo” (=menjauhlah, menjauhlah segera). Ini adalah anjuran agar “jang katong batonar dalang dong pung dosa” (=jangan kita terjerumus dalam dosa mereka). Artinya “kalu dong seng mau tobat, jang katong tagae deng dong tabiat tar atorang tuh” (=jika mereka tidak mau bertobat, jangan kita terpikat dengan dosanya).

Undur jao-jao, undur deng tempo” sebab “calaka su di dong biji mata mar tar mau dengar-dengarang” (=celaka mengintai tetapi mereka tidak mau menuruti nasehat). “Tinggal tahang deng ton” (=sulit berubah, mempertahankan prinsip yang salah).

Jadi, “undur jao-jao“, biarlah “dong bajalang, supaya tau kata hidop deng kapala batu tuh akang ada untung ka seng” (=biarkan mereka, agar kelak mereka sadar, untung atau tidak jika hidup keras kepala).

Senin, 5 Juli 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button