Kutikata

Tahang Harga Tumang

KUTIKATA

Oleh: Eltom (Pemerhati Sosial)

 

Ini masalah harga diri atau kehormatan. “Tahang harga tumang” mengandung makna agar “jang mau dapa tawar mura” (=jangan biarkan dengan mudah kita dipengaruhi), sebab “harga diri tu lebe dari barang” (=harga diri lebih berharga dari barang).

Ungkapan ini lahir dari pengalaman masyarakat sebagai “tukang pukul sagu” (=peramu sagu) yang biasa menjual “sagu tumang“. Ungkapan itu menjadikan “tumang sagu” sebagai simbol “harga diri”. Sebab “pukul sagu tu pukul deng segnap hati” (=meramu sagu itu dikerjakan sepenuh hati) sehingga “harga diri” tuh mahal. Selain “sagu tumang tu puti” (=pati sagu itu putih) laksana putihnya hati kita. Jadi tidak boleh dipandang rendah apalagi direndahkan.

Tahang harga tumang” juga merupakan ungkapan yang menerangkan bahwa “jang orang pandang enteng katong” (=jangan orang memandang enteng diri kita) sebab “biar kasiang-kasiang, katong makang hasil karingat sandiri” (=biar miskin, tetapi kita makan hasil keringat sendiri), jadi “katong bukang manusia harap gampang” (=kita bukan manusia gampangan). “Makang dari karingat sandiri, dari sapulu jare tangang kotor” (=makan hasil keringat dan kerja sendiri).

Karena harga diri itu penting, maka “jang lapas harga tumang, tahang akang” (=jangan mau diremehkan).

Senin, 3 Mei 2021
Pastori Jemaat GPM Tual, Klasis Kei Kecil dan Kota Tual

 

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button