Setelah Staf Majalah Lintas Dipukuli, Kini Rektor IAIN Ambon Bekukan LPM
potretmaluku.id – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Ambon mengecam pembredelan Majalah Lintas, menyusul dibekukannya aktivitas Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) oleh Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon Zainal Abidin Rahawarin.
Dalam Keputusan Rektor IAIN No.92 tahun 2022, tentang Pembekuan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Lintas IAIN Ambon, terhitung hari ini Kamis (16/3/2022), sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan.
Salah satu alasan pembekuan lembaga tersebut, yakni untuk menertibkan peran dan fungsi kepengurusan LPM Lintas IAIN Ambon yang telah berakhir masa kepengurusan Periode Tahun 2021-2022.
Disebutkan juga bahwa, keberadaan LPM Lintas di IAIN Ambon sudah tidak sesuai dengan visi dan misi IAIN Ambon, maka perlu pembekuan lembaga ini.
Tindakan rektor tersebut, disebut AJI Kota Ambon, bertentangan dengan konstitusi, Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945; kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan.
Sebelum dibekukan, dua pengurus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Lintas dipukuli oleh dua orang yang tak dikenal di ruangan mereka. Pemukulan itu berkaitan dengan pemberitaan kekerasan seksual yang diterbitkan Majalah Lintas edisi kedua pada Senin lalu (14/3/2022).
LPM Lintas dalam laporannya menguak kasus dugaan kekerasan seksual yang mencatat 32 orang mengaku menjadi korban pelecehan seksual di Kampus Hijau—sebutan IAIN Ambon. Korban terdiri dari 25 perempuan dan 7 laki-laki.
Jumlah terduga pelaku perundungan seksual 14 orang. Di antaranya 8 dosen, 3 pegawai, 2 mahasiswa, dan 1 alumnus. Liputan pelecehan ini ditelusuri sejak 2017. Kasus itu berlangsung sejak 2015-2021.
Penyesalan yang sama terkait kebijakan bredel dari Rektor IAIN Ambon ini, ikut disampaikan alumni kampus hijau yang juga komisioner pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Maluku Abdul Karim Angkotasan.
“Pihak rektorat mestinya membuktikan apa yang diungkap oleh Majalah Lintas itu. Jika dibiarkan, korban akan terus berjatuhan,” ujarnya kepada potretmaluku.id, Kamis (16/3).
Menurut Abu, para pelaku akan semena-mena. Dan para terduga pelaku, disebutnya bakal semakin bebas berkespresi karena mendapat perlindungan secara tidak lansung dari kampus, dengan dalih nama baik intitusi.
Pihak rektorat juga, kata mantan Ketua AJI Kota Ambon ini, harus bisa menunjukan dalil yang kuat, atas pengakuan sejumlah korban bahwa pipi dicubit, tangan mereka dipegang, dielus, bukanlah sebuah pelanggaran.
“Jika tindakan-tindakan itu sah-sah saja, maka apa yang dikakukan para terduga pelaku bukanlah sebuah kejahatan. Ini harus di-clear-kan. Jangan dulu membredel. Itu akan semakin menguatkan asumsi publik bahwa ‘mereka sengaja melindungi kejahatan’,” tandas Abu.
Lalu jika ada pihak yang minta bukti terkait kekerasan seksual yang ditulis Majalah Lintas itu, Abu katakan, beri saja edisi Lintas itu. Termasuk untuk pihak kampus. Suruh mereka baca dengan saksama. Jangan seolah-olah tidak ada pelaku.
“Sudah terlalu lama hal ini dibiarkan. Kampus mestinya menjadi wadah mendidik bukan sebaliknya. Pihak kampus pun harusnya memberi perlindungan kepada korban yang sudah berani menceritakan apa yang mereka alami,” tegas Abu.
Dia katakan, pengakuan para korban kepada Lintas juga menjadi alarm, jika selama ini mereka tidak percaya dengan para pemangku kebijakan di kampus. Sehingga kasus yang mereka alami dikunci rapat dan baru berani bercerita.
“Saya hakkul yakin, apa yang diungkap Lintas bukanlah sebuah kebohongan tapi fakta.
Di era sekarang, tidaklah sulit juga menemukan pelaku apalagi korban. Saya yang meninggalkan kampus sejak 2010 silam saja masih mudah melacak jejak korban dan pelaku yang ditulis,” ujar Abu.
Sementara itu, aktivis perempuan Lusi Peilow dalam postingan di media sosialnya menulis: “Untuk adik-adik pegiat LPM Lintas IAIN, kalian hebat. Apresiasi setinggi-tingginya untuk Kalian”.
“Terimakasih telah mengerjakan jalan bagi meLINTASnya kebenaran dan keadilan. Hari ini jalan yang kalian buka itu telah ditutup. Tapi percayalah, kebenaran dan keadilan itu tidak mati. Mereka akan terus menemukan jalan-jalan lain,” ujarnya.
Dia juga menulis: nanti ketika jalan-jalan lain terbuka, kalian akan berbangga, mengenang semua perjuangan kalian hingga apa yang terjadi kemarin dan hari ini.(TIA/WEH)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi