Mengenai Teineman yang Viral Belakangan Ini

Oleh: Pdt. Hetty Noya (Ketua Majelis Jemaat GPM Teineman)
Pascagempa magnitudo 7,9 yang mengguncang Maluku, publik dikejutkan dengan penemuan fenomena alam. Sebab, muncul “daratan baru” di sekitar perairan Desa Teineman, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Temuan itu direkam dalam video berdurasi satu menit. Dalam video itu, tampak Kepala Desa Teineman sedang menjelaskan temuan “daratan baru”. Video itu lalu viral di media sosial. Bahkan tak luput dari pemberitaan media massa online
Terkait temuan itu, beberapa pakar geologi menyebutnya “mud volcano” atau tumpukan lumpur kering yang muncul pascagempa serta tak membahayakan. Sebaliknya, masyarakat Teineman meyakini bahwa temuan itu merupakan “skaru” atau daratan yang muncul setelah air laut surut.
Berdasarkan folklor lokal, pernah ada pulau yang tenggelam di sekitar perairan itu akibat gempa. Kemunculan “daratan baru” seakan menjadi teks ingatan bagi masyarakat Teineman, bahwa pulau mitos itu akan muncul dan menyebabkan gelombang besar apabila terjadi gempa susulan.
Sejak penemuan itu, ketakutan masyarakat Teineman tak terbendung. Wajar saja, karena Desa Teineman berada di sebuah pulau kecil yang dikelilingi lautan lepas. Akses informasi sangat terbatas. Untuk mencari sinyal telepon seluler dan internet, masyarakat Teineman harus ke pantai.
Namun masyarakat Teineman takut ke pantai karena berpikir akan terjadi tsunami. Apa yang harus kami–Pemerintah Desa dan Gereja–lakukan untuk menenangkan masyarakat Teineman? Sementara pengetahuan kami terbatas soal geologi, dan internet tak kunjung 4G agar bisa googling untuk memperoleh informasi.
Di siang itu, banyak lansia, anak-anak, ibu hamil yang mengungsi ke wilayah perbukitan di sebelah barat desa. Tenda dibuat dengan mengikat terpal di pepohonan. Bahkan, yang tidak kebagian tenda malah berlindung di bawah rindangnya pepohonan.
Sementara di tepi pantai, para nelayan enggan pergi ke laut untuk mencari ikan. Para nelayan hanya berdiri mematung sambil mengawasi pergerakan air laut. Saat itu, merekalah alarm tsunami karena alat secanggih itu tidak kami miliki. Sementara kami, para pelayan GPM, hanya bisa menggumuli keselamatan semua orang di Teineman sambil tetap berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Teineman. Itulah pengalaman singkat kami di Teineman saat kemunculan “daratan baru”. Kini, semua aktivitas telah kembali normal.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi